Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 07 November 2012

hadits mursal


MAKALAH
ULUMUL HADITS

“HADITS MURSAL”

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan Ridlo Allah SWT makalah ini telah berhasil kami selesaikan dengan judul “HADITS MURSAL“.
Sebagai penulis pemula dalam bidang Studi Islam,  kami berharap semoga dengan selesainya makalah ini dapat menjadi inspirasi untuk meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran serta memicu semangat kita untuk menjadi lebih baik.
Ucapan Terima Kasih kepada :
1.      Dosen  Pembimbing
2.      Teman Satu Kelompok
3.      Semua pihak baik yang secara langsung maupun yang tidak langsung membantu penyelesaian laporan ini.
            Kritik dan saran demi perbaikan sangat kami harapkan guna hasil yang lebih baik.


                                                                                   


Sidoarjo,  19 Maret  2011
                                                                                   

           

  Penulis



























 BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Sebelum kita mempelajari hadist dan menuangkan hasil dalam penyampaian dakwah atau apapun kita harus mengetahui apa itu hadist, macam-macam hadits kitab-kitab hadits, pembagian hadits dan sesuatu yang berhubungan dengan hadits.
 Karena kita ketahui banyak materi tentang ulumul hadits dari sejarah hadits sampai ilmu-ilmu hadits seperti Rijalil Hadits, Jarh wat-ta’dil, Asbab Wurudil Hadits dan lain-lain.
Tetapi dalam makalah ini kami akan membahas sedikit tentang pengertian hadits agar kita bisa membedakan pengertian antara hadits, khabar, dan atsar untuk memudahkan kita dalam membahas tentang hadits mursal macam-macam hadits mursal, kualitas, kehujjahan hadits mursal.

1.2  RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas, dapat di ambil rumusan masalah sebagai berikut :
1.Apa yang dimaksud dengan hadits mursal ?
2. Apa saja macam-macam hadits mursal ?
3. Bisakah hadits mursal dibuat kehujjahan ?
4. Bagaimana kualitas hadits mursal ?
1.3  TUJUAN MASALAH
Dari rumusan masalah di atas, dapat di ambil tujuan penulisan sebagai berikut:
1.Untuk mengetahui pengertian hadits mursal
2. Untuk mengetahui macam-macam hadits mursal
3. Untuk mengetahui kehujjahan hadits mursal
4. untuk mengetahui kualitas hadits mursal
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hadist Mursal
Al-Mursal menurut bahasa berarti melepaskan. Adapun menurut istilah ahli hadits dan fuqoha berbeda dalam mendefinisikan hadits mursal.
Hadits mursal menurut ahli hadits adalah:
مارفعه التابعي إلى الرسول صلىالله عليه وسلم من قول او فعل او تقرير صغيرا كان التابعي او كبيرا
Artinya: Hadits yang dimarfu'kan oleh seorang tabi'in kepada Rasulullah Saw, baik perkataan, perbuatan, maupun taqrir, baik tabi'in itu kecil maupun tabi'in besar.
Definisi ini banyak digunakan mayoritas ahli hadits, hanya saja mereka tidak memberikan batasan tabi'in besar atau kecil.
Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa hadits mursal adalah segala hadits yang bersambung sanadnya kepada tabi’in dan tidak menyebutkan nama shahabi yang meriwayatkan hadits langsung menyebut nama nabi Muhamad Saw.
Ada sebagian ulama yang memberikan batasan bahwa hadits mursal adalah hadits yang di marfukan oleh tabi’in besar saja, karena pada umumnya periwayatan tabi’i besar adalah dari sahabat. Sebagian ahli hadits tidak menilai  hadits yang di-irsal-kan oleh tabi’i kecil  sebagai hadits mursal tetapi hadits munqathi’, karena sebagian besar periwayatan mereka adalah dari tabi’i juga.
Adapun hadits mursal menurut ahli ushul adalah perkataan seseorang yang tidak berjumpa dengan nabi Muhammad Saw  baik dari tabi’i atau tabi’u  tabi’in atau orang sesudah mereka. Jadi Hadits mursal adalah perkatan tabi’in baik tabi’in besar maupun tabi’in kecil  atau perkataan sahabat kecil, yang menegaskan tentang apa yang telah dikatakan atau diperintahkan  oleh Rasulullah Saw  tanpa menerangkan dari sahabat mana berita itu diperolehnya.
 Dari  masing-masing definisi di atas dapat diketahui letak perbedaan pendapat antara keduanya.
Ahli ushul berpendapat, hadits mursal adalah hadits yang gugur perawinya  atau terputus sanadnya ditingkat manapun, baik diakhir, ditengah, ataupun di awal sanad. Baik berurutan  maupun tidak. Dengan demikian yang termasuk kategori  hadits mursal adalah hadits mu’allaq, mu’dhol, munqhathi’, karena hadits-hadits tersebut tidak bersambung sanadnya
Sedang ahli hadits hanya membatasi hadits mursal hanya pada hadits yang gugur perawinya di akhir sanad atau pada tingakatan sahabat
مَا نَسَبَهُ التَّابِعِي –الَّذِيْ سَمِعَ مِنَ الصَّحَابَةِ- إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ قَوْلٍ أَوْ فِعْلٍ أَوْ تَقْرِيْرٍ أَوْ صِفَةٍ
Hadis yang disandarkan oleh para tabi’in, mereka adalah orang yang mendengarkan hadis dari shahabat- kepada Nabi saw baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, ataupun sifat.
Bentuk ungkapan hadis mursal; seorang tabi’in mengatakan, “Rasulullah saw bersabda demikian”, “Melakukan demikian”, “Dilakukan hal demikian di hadapan beliau”, atau “Beliau memiliki sifat demikian” seraya memberitakan tentang salah satu sifat beliau saw.
Contoh; Abdur Razaq mengemukakan riwayat di dalam kitabnya al-Mushannaf (5281)

عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ عَطَاءٍ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَعِدَ الْمِنْبَرَ أَقْبَلَبِوَجْهِهِ عَلَى النَّاسِ، فَقَالَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ
Dari Ibnu Juraij, dari Atha’, bahwasannya Nabi saw apabila naik ke mimbar beliau menghadapkan wajah beliau ke orang-orang lalu mengucap, “Assalamu’alaikum”.

    
Menurut etimologi adalah yang dikirim atau diutus sedangkan menurut terminologi adalah :
ما ر واه التا بعي صغيرا و كبيرا ا عن النبي صلى الله عليه و سلم ولم يذ كر من حد ثة به
Yang di riwayatkan oleh tabi’i kecil atau besar dari nabi Muhammad Saw,dengan tidak menyebut siapa yang menceritakan hadits kepadanya .
و عند الفقهاء و اهل اصول الفقه  ما ر واه غير اصحا بي
Yang di riwayatkan oleh bukan sahabat.
مثا ل المر سل
مارواه الاما لك في مو طاه عن زيد بن احلم عن عطاء بن يسا ران رسول الله صلى الله عليه وسلم قال( ان شد الحرم من فيح جهنم ) الحديث

2.2. Kriteria Hadits Mursal
  1. Tabi’i yang meriwayatkan itu, Tabi’i besar.
  2. Disekutuinya oleh hadits-hadits orang yang kepercayaan, merka tidak menyalahinya.
  3. Guru-gurunya terkenal orang yang kokoh ingatannya dan adil, tidak ada diantaranya yang lemah.
2.3.  Kualitas Hadits Mursal
وحكمه حكم الضعيف عند اكثر المحد ثين, ومنهم الا مام الشا فعي
            Adapun kualitas hadist mursal menurut muhaddisin diantarnya Imam Syafi’i adalah Dhaif.

2.4. Macam-Macam Hadits Mursal
a.    Mursal Jali
     Yaitu yang tidak disebutkannya (gugur) nama sahabat  tersebut dilakukan oleh tabi’in besar, seperti contoh  :  bahwasannya rasullulah saw bersabda :
بينا وبين المنا فقين شهو د العشاء و الصبح  لا يستطعون
     Artinya: Antara kami dan antara orang-orang munafiqin, ialah menghadi jama’ah isya’ dan shubuh, mereka tidak sanggup menghadirinya.
b.    Mursal Al-khafi
     Yaitu pengguguran nama sahabat di lakukan oleh tabi’in yang masi kecil. Hal ini terjadi karena hadits yang di rawayatkan oleh tabi’in tersebut meskipun ia hidup pada zaman sahabat, tetapi ia tidak pernah mendengar sebuah haditspun dari sahabat
c.    Mursal Sahabi
     Hadits yang di rawayatkan oleh seorang sahabat  yang tidak langsung menerima dari rosulullah Saw. Contoh: Ibnu abbas berkata
 ان رسولله صلي ا لله عليه وسلم خرج الي مكة عام الفتح في رمضا ن فصام حتى بلغ اللذ يد ثم افطر فاف طر النا س.
     Artinya : Sesungguhnya Rasulallah Saw. Pergi ke makkah pada tahun al-fatkhu di bulan ramadhan , maka nabi Muhammad Saw berpuasa hingga sampai ke al- kadid, sesudah itu rasulallah Saw berbuka,lalu berbukalah para sahabat.
2.5.  Kehujjahan Hadits Mursal
حكم مرسل :
اختلفت اقوال العلماء في المرسل حتى بلغت نحو عشرة اقول واشهر ها ثلاثة
القول الاول : انه يجوز الاحتجاج با لمرسل مطلقا, وهذا قول الامام ابي حنيفة, والاما م مالك, وفي قول عن الامام احمد, وطا  ئفة من اهل العلم.
القول الثاني : لا يحتج به مطلقا, وحكي هذا الامام النو وي عن جماهير المحد ثين, وعن الامام الشفعي, وعن كثير من الفقهاء والاصولين, قال الامام مسلم , والمرسل من الروايات في اصل قولنا وقول اهل العلم با لا صبار ليس بحجة.
القول الثا لث : يحتج به اذا اعتضد بعا ضد بان ير وى مسندا اومرسلا من وجه اخر. اويعمل به بعض الصحابة او اكثر اهل العلم . ولكل صاحب قول من هذه الاقوال حججه واد لته, وليس من موضوعنا بسطها.
Pada dasarnya hadis mursal ini da’if. Hal ini adalah disebabkan oleh beberapa perkara seperti berikut:
Ø  Tidak bersambung sanad.
Ø  Tidak dapat dikesan terhadap kedudukan perawi yang dibuang daripada rangkaian sanad.
Ø  Berkemungkinan perawi yang dibuang daripada rangkaian sanad itu bukan daripada Sahabat. ( Asmawi Haji Ehsan 2003 : 180 )
Walau bagaimanapun, para ulama telah berselisih pendapat tentang kehujahan hadis mursal iaitu berdasarkan kepada tiga pendapat seperti berikut:
Ø Da’if dan ditolak
Pendapat ini dikemukakan oleh jumhur ulama hadis dan sebilangan besar daripada kalangan ulama usul dan fikah. Alasan mereka ialah berkemungkinan besar perawi yang dibuang daripada rangkaian sanad itu bukan daripada generasi Sahabat
Ø Sahih dan boleh dijadikan hujah (dalil bagi hukum syarak)
Pendapat ini dikemukakan oleh Abu Hanifah, Malik dan Ahmad, menurut riwayat yang masyhur dan juga sebahagian ulama lain. Penerimaan tersebut dengan syarat bahawa perawi yang meriwayatkan hadis sacara mursal ini terdiri daripada perawi yang thiqah dan ia tidak meriwayatkan hadis melainkan daripada orang yang thiqah, kerana seseorang tabi’in yang thiqah tidak mungkin berkata, “Rasulullah s.a.w bersabda : Begitu dan begini, melainkan dia mendengar hadis tersebut daripada orang yang thiqah”. ( Rosmawati Ali @ Mat Zin 2005 : 199 )
Ø  Diterima dengan syarat
Pendapat ini dikemukakan oleh Al-Shafi’iyy dan sebahagian ulama yang lain. Syarat-syarat yang dimaksudkan adalah seperti berikut:
a) Perawi yang meriwayatkan hadis secara mursal itu terdiri daripada kibar al-tabi’in. Apabila perawi tersebut menyebutkan nama perawi yang dibuang daripada rangkaian sanad itu didapati terdiri daripada perawi yang thiqah.
b) Sekiranya hadis tersebut diriwayatkan juga oleh huffaz lain yang boleh dipercayai, maka mereka tidak menyalahi perawi-perawi mursal tersebut.
c) Disamping mempunyai syarat-syarat tersebut, hendaklah terdapat pada hadis mursal tersebut mana-mana satu daripada syarat berikut :
· Hadis tersebut diriwayatkan secara mursal menerusi saluran (turuq) lain.
· Hadis tersebut diriwayatkan secara mursal melalui saluran lain dengan rangkaian perawi yang lain.
· Hadis tersebut sesuai dengan pendapat dan pandangan Sahabat.
· Maksud hadis tersebut dipersetujui oleh sebilangan besar para ilmuwan. ( Ariffin Omar & Zaini Nasohah 2005 : 70 )
Hadis mursal tidak boleh dijadikan hujah dalam agama. Inilah pendapat yang telah ditetapkan oleh para huffaz dan pengkritik hadis. Pendapat ini jugalah yang mereka utarakan dalam penulisan masing-masing. ( Rosmawati Ali @ Mat Zin 2005 : 201 )
Imam Muslim dalam mukaddimah kitab Sahih ada menyebut tentangnya : ”Bahawa hadis mursal menurut pendapat yang asal madrasah ahli al-hadis bahawa hadis mursal tidak dapat dijadikan sebagai hujah.” ( Ariffin Omar 1993 : 163 )














BAB III
PENUTUP
3.1     KESIMPULAN
Hadits mursal merupakan salah satu bentuk hadits dho’if dalam kedudukannya dan macam-macam hadits mursal terdiri dari hadits mursal jali, mursal al- khafi, mursal sahabi.
 Kriteria hadits mursal terdiri dari tabi’i yang meriwayatkan tabi’i besar, disekutui oleh hadits-hadits orang yang dipercaya, tetapi tidak disalah gunakan, guru-gurunya dikenal orang yang dhobit kuat ingatannya, adil, tapi ada diantaranya yang lemah.
Hadits mursal tidak dapat digunakan sebagai kehujjahan dalam mengambil keputusan karena sifat hadits mursal lemah dan sama halnya dengan hadits dho’if.
Dalam menghadapi cabaran semasa, umat Islam harus merenung kembali panduan hidup yang telah dibekalkan kepada mereka oleh Allah melalui kitabNya, Al-Quran dan RasulNya melalui Sunnahnya sejak berabad yang lampau.
Sekalipun Sunnah Rasulullah s.a.w merupakan sebahagian daripada wahyu Allah, namun ia amat berbeza jika berbanding dengan Al-Quran kerana Sunnah Rasulullah s.a.w bersumberkan kata-kata Baginda. Oleh yang demikian, para ulama telah meletakkan martabat hadis di tempat yang kedua selepas Al-Quran.
Hadis ialah setiap yang disampaikan kepada Nabi Muhammad s.a.w sama ada dari segi perkataan, perbuatan, ikrar dan juga sifat. Dalam memahami ilmu hadis, perlulah kita mengetahui ilmu-ilmunya secara lebih mendalam supaya tidak terpesong untuk beramal dengannya sama ada dari segi periwayatannya ataupun sanadnya.
Hadis mursal adalah salah satu daripada pembahagian dalam ilmu hadis yang mana ia berada di bawah furu hadis da’if. Hadis mursal ialah hadis yang tergugur seorang Sahabat daripada sanadnya. Terdapat pelbagai peringkat dalam hadis mursal. Peringkat hadis mursal yang paling tinggi sekali ialah hadis mursal yang diriwayatkan oleh Sahabat yang thabit mendengarnya daripada Nabi s.a.w. Peringkat ini ialah peringkat yang tertinggi sekali dalam bahagian hadis mursal.
Terdapat berbagai hujah ataupun perbahasan para ulama dalam beramal dengan hadis mursal. Ada yang menolak dan ada yang menerima hadis ini dengan bersyarat. Namun, pendapat yang telah ditetapkan oleh para huffaz dan pengkritik hadis adalah hadis mursal tidak boleh dijadikan hujah dalam agama. Pendapat ini jugalah yang mereka utarakan dalam penulisan masing-masing. Oleh yang demikian, jelaslah kepada kita kedudukan hadis mursal dalam beramal dengannya.
3.2     SARAN
                               Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca dalam memahami ulumul hadits, masih banyak terdapat kesalahan ataupun kekeliruan dalam pembuatan makalah ini, kritik dan saran sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah yang akan datang.












DAFTAR  PUSTAKA

Suparta, Munzier. 1975. Ilmu Hadits. Jakarta :PT.Raja Grafindo Persada.
Ash-Shiddieqy Hasbi M. 1987. Pokok-Poko Ilmu Diroyah Hadits. Jakarta : PT. Bulan Bintang.
Khotib Muhammad  Ujjej. 1975. Ushulul Hadits. Demasyiqo’, Darul Fikr.
Alawi bin muhammad. Qoweidhul Asasiyah. Al-Hidayah.
Touhan, Mahmud. 1985. Mustalahul Hadist. Surabaya : Al Hidayah


0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

http://www.search-document.com/ppt/1/pelajaran-hadits-mts.html http://www.odrivers.com/2011/12/toshiba-nb505-n508bn-windows-7-32-bit.html

Blog Archive