BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Permasalahan yang sering dijumpai dalam pengajaran,
khususnya pengajaran agama Islam adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada
siswa secara baik sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efisien. Di samping
masalah lainnya yang juga sering didapati adalah kurangnya perhatian guru agama
terhadap variasi penggunaan metode mengajar dalam upaya peningkatan mutu
pengajaran secara baik.
![]() |
Add caption |
Metode pengajaran yaitu, suatu cara
penyampaian bahan pelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, maka fungsi
metode mengajar tidak dapat diabaikan. Karena metode mengajar tersebut turut
menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar dan merupakan bagian
yang integral dalam suatu system pengajaran.
Pengertian pembelajaran berlangsung
bilamana terjadi suatu proses antara guru dan siswa sehingga terdapat suatu
perubahan tingkah laku. Jadi suatu pengulangan terhadap apa yang terjadi belum
dapat dikatakan suatu proses pembelajaran, oleh karena itu perlu dipahami dalam
situasi yang bagaimanakah sepantasnya dilakukan latihan siap dan bagaimanakah
cara pelaksanaannya.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian Metode Drill (latihan
siap ) ?
2.
Apa saja Macam-macam Metode Drill
(latihan siap)?
3.
Bagaimana Karakteristik Metode Drill
(latihan siap)?
4.
Bagaimana Langkah-langkah
Metode Drill (latihan siap)?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Metode Drill (Latihan Siap)
Pembahasan metode drill sebagai bahan
kajian inti dari penulisan, perlu diperjelas bahwa metode itu sendiri merupakan
cara yang digunakan guru dalam membelajarkan siswa agar terjadi interaksi dan
proses belajar yang efektif dalam pembelajaran. Setiap mengajar memiliki
karakteristik yang berbeda-beda dalam membentuk pengalaman belajar siswa tetapi
satu dengan yang lain saling menunjang.
Teknis
pelaksanaan metode dalam pembelajaran menurut Samsul Nizar menyebutkan, sebagai berikut:
a.
Sesuatu
prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan.
b. Sesuatu teknik mengetahui yang dipakai dalam proses
mencari ilmu pengetahuan dari suatu materi tertentu.
c. Suatu ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu
prosedur.
Metode adalah prosedur tertentu yang digunakan untuk mencapai tujuan. Proses yang harus dilakukan merupakan rangkaian stimulasi yang tersistem dalam satu bingkai aktifitas pembelajaran. Keterkaitan terpadu empat komponen dasar pembelajaran siswa, pengajar, bahan belajar dan metode akan dapat mengantar pada tujuan pendidikan yang diinginkan. Suatu metode tidak hanya akan mampu mengantarkan pada ketercapaian satu tujuan namun bisa mempunyai fungsi ganda atau dobel. Ketercapaian hasil dengan prestasi yang meningkat juga pengalaman anak didik dan guru bisa menjadi sasaran sampingan dari penggunaan suatu metode.
Metode adalah prosedur tertentu yang digunakan untuk mencapai tujuan. Proses yang harus dilakukan merupakan rangkaian stimulasi yang tersistem dalam satu bingkai aktifitas pembelajaran. Keterkaitan terpadu empat komponen dasar pembelajaran siswa, pengajar, bahan belajar dan metode akan dapat mengantar pada tujuan pendidikan yang diinginkan. Suatu metode tidak hanya akan mampu mengantarkan pada ketercapaian satu tujuan namun bisa mempunyai fungsi ganda atau dobel. Ketercapaian hasil dengan prestasi yang meningkat juga pengalaman anak didik dan guru bisa menjadi sasaran sampingan dari penggunaan suatu metode.
Dalam proses
pembelajaran bermacam komponen membentuk sistem pergerakan untuk mencapai
perubahan, bermacam komponen menjadi sinergis apabila satu sama lain mendukung
dan berkolaboratif secara aktif. Hambatan disalah satu komponen bisa
menyebabkan adanya gangguan sehingga pembelajaran tidak berjalan efektif.
Sumitro menyatakan Interaksi aktif antar komponen pembelajaran dapat
digambarkan sebagai berikut, salah satunya dalam penggunaan metode drill yakni
Interaksi antar Komponen Pembelajaran.
Pemilihan metode yang tepat dalam
membelajarkan suatu materi akan menjadikan suatu proses pembelajaran menjadi
efektif, tujuan pembelajaran menjadi lebih mudah tercapai. Demikian pula
memilih metode drill di sini menjadi tepat dan efektif jika suatu tujuan dan
kompetensi pembelajaran telah diketahui. Pengertian metode drill itu sendiri
dari segi kebahasaan adalah metode latihan atau metode “training” yang
merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan
tertentu.
Mananamkan kebiasaan yang benar pada
anak dengan usia yang belia tidak mudah. Pengulangan, penekanan, evaluasi harus
sering dilakukan sebab anak terutama anak usia sekolah dasar memiliki dunia
sendiri yang mengasikkan bagi mereka. Aktifitas motorik yang tinggi menjadikan
aktifitas kognitif akademis dapat tertekan, terlupakan, menanamkan kepedulian,
motivasi, dan tekad untuk mempunyai kebiasaan yang benar perlu dilakukan secara
kontinyu, dengan sistematika proses yang panjang, konsisten dan berulang.
Metode latihan sebagai sarana untuk
memelihara kebiasaan-kebiasaan yang telah nyata diterima. Selain itu metode
juga dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan,
kesempurnaan dan keterampilan latihan tentang sesuatu yang dipelajari. Dengan
melakukan secara praktis pengetahuan tersebut dapat disempurnakan dan
dikembangkan. Dengan demikian metode latihan bukan hanya sekedar melaksanakan
latihan secara membabi buta, bukan hanya asal mengulang, tetapi melaksanakan
latihan dengan pengertian yang mempunyai tujuan tertentu.
Metode drill/ latihan siap ialah suatu
metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan cara melatih siswa terhadap bahan
pelajaran yang sudah diberikan. Adapun pengertian lain (Winarno Surachmad,
1979: 76) dimaksudkan untuk memperoleh
suatu ketangkasan atau keterampilan latihan dari apa yang telah dipelajari,
karena hanya dengan melakukannya secara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan
dan disiap-siagakan.
Metode ini berasal dari metode
pengajaran Herbart, yaitu metode assosiasi dan ulangan tanggapan, yang
dimaksudkan untuk memperkuat tanggapan pelajaran pada siswa. Pelaksanaannya
secara mekanis untuk mengajarkan berbagai mata pelajaran dan kecakapan,
sehingga menimbulkan verbalisme pengetahuan siswa, kebiasaan menghafal secara
mekanis tanpa pengertian.
Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam,
materi yang bisa diajarkan dengan metode ini di antaranya adalah materi yang
bersifat pembiasaan, seperti ibadah shalat, mengkafani jenazah, baca tulis
al-Qur’an, dan lain-lain.
Di dalam Al-Qur’an sendiri ada pemakaian kata qur’an
“dalam arti demikian sebagaimana tersebut dalam surah Al-Qiyamah ayat 17 dan 18
:
إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ
وَقُرْآنَهُ ,فَإِذَا قَرَأْنَاهُ
فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ
Artinya: “Sesungguhnya
atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai)
membacanya. Maka apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah
bacaannya itu”.( Q.S. Al-Qiyamah : 17-18)
Al-Qur’an adalah kitab suci yang merupakan sumber
utama dan pertama ajaran Islam menjadi
petunjuk kehidupan umat manusia diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW
melalui perantaraan malaikat Jibril sebagai salah satu rahmat yang tiada
taranya bagi alam semesta. Al-Qur’an adalah kitab suci yang terakhir diturunkan
oleh Allah SWT yang isinya mencakup segala pokok-pokok Syariat yang terdapat
dalam kitab-kitab suci yang diturunkan sebelumnya. Karena itu setiap orang yang mempercayai
Al-Qur’an, akan bertambah cinta kepadanya, cinta untuk membacanya, untuk
mempelajari dan memahaminya serta pula untuk mengamalkannya dan mengajarkannya
sampai merata rahmat-Nya dirasai dan dikecap oleh penghuni alam semesta.
Sehubungan dengan cinta Al-Qur’an yang dimaksud di atas orang-orang yang suka
membaca dalam pengertian yang sebenarnya membaca yang bukan sembarang membaca.
Membaca untuk difahami, dimengerti, dan selanjutnya untuk diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari.
B. Macam-Macam
Metode Drill
Bentuk-
bentuk Metode Drill dapat direalisasikan dalam berbagai bentuk teknik, yaitu
sebagai berikut :
a.
Teknik
Inquiry (kerja kelompok)
Teknik ini dilakukan dengan cara
mengajar sekelompok anak didik untuk bekerja sama dan memecahakan masalah
dengan cara mengerjakan tugas yang diberikan.
b.
Teknik Discovery (penemuan)
Dilakukan dengan melibatkan anak
didik dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, diskusi.
c.
Teknik
Micro Teaching
Digunakan untuk mempersiapkan diri
anak didik sebagai calon guru untuk menghadapi pekerjaan mengajar di depan
kelas dengan memperoleh nilai tambah atau pengetahuan, kecakapan dan sikap
sebagai guru.
d.
Teknik Modul Belajar
Digunakan dengan cara mengajar anak
didik melalui paket belajar berdasarkan performan (kompetensi).
e. Teknik Belajar Mandiri
Dilakukan dengan cara menyuruh anak
didik agar belajar sendiri, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
C.
Karakteristik
Metode Drill (Latihan Siap)
Secara umum pembelajaran dengan metode
latihan siap (drill) biasanya digunakan agar :
a.
Siswa memperoleh kecakapan motorik, seperti
mengulas, menghafal, membuat alat-alat, menggunakan alat/mesin, permainan, dan
atletik.
b.
Siswa memperoleh kecakapan mental,
seperti melakukan perkalian, menjumlah, mengenal tanda-tanda/ simbol, dsb.
c.
Assosiasi yang dibuat, seperti hubungan
huruf-huruf dalam ejaan, penggunan simbol, membaca peta, dsb.
d.
Dalam mengajarkan kecakapan, dengan
metode latihan siap guru harus mengetahui sifat kecakapan itu sendiri,
seperti,kecakapan sebagai penyempurnaan dari suatu arti dan bukan sebagai hasil
proses mekanis semata-mata. Kecakapan tersebut dikatakan tidak benar, bila
hanya menentukan suatu hal yang rutin yang dapat dicapai dengan pengulangan
yang tidak menggunakan pikiran, sebab kenyataan bertindak atau berbuat harus
sesuai dengan situasi dan kondisi.
Metode drill/ latihan siap tepat
digunakan:
1. Apabila
pelajaran dimaksudkan untuk pelajaran yang sudah diberikan atau yang sedang
berlangsung.
2. Apabila
pelajaran dimaksudkan untuk melatih keterampilan siswa dalam mengerjakan
sesuatu dan melatih siswa untuk berfikir cepat.
3. Metode
ini digunakan untuk memperkuat daya tanggapan siswa terhadap pelajaran.
Beberapa
keuntungan dalam pemanfaatan metode drill adalah sebagai berikut:
1. Dalam
waktu yang relatif singkat, siswa dapat dengan cepat memperoleh penguasaan dan
keterampilan yang diharapkan.
2. Dapat
menanamkan pada siswa kebiasaan belajar secara rutin dan disiplin.
3. Siswa
akan memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan sesuatu sesuai dengan
apa yang dipelajarinya.
4. Guru
lebih mudah mengontrol dan dapat membedakan antara siswa yang disiplin dan yang
kurang memperhatikan saat berlangsungnya pengajaran.
5. Bahan pelajaran yang diberikan dalam suasana
yang sungguh-sungguh akan lebih kokoh tertanam dalam daya ingat siswa, karena
seluruh fikiran, perasaan, kemauan dikonsentrasikan pada pelajaran yang
dilatihkan.
6. Siswa
akan dapat menggunakan daya pikirnya dengan bertambah baik, karena dengan
pengajaran yang baik maka siswa akan menjadi lebih teratur dan teliti.
Adanya pengawasan, bimbingan dan koreksi
yang segera serta langsung dari guru, memungkinkan siswa untuk melakukan
perbaikan kesalahan saat itu juga. Hal ini dapat menghemat waktu belajar, di samping
itu juga siswa langsung mengetahui prestasinya.
Di samping keuntungan yang ada, ada
beberapa kelemahan dalam metode ini, antara lain:
1. Dapat
menghambat inisiatif siswa, di mana inisiatif dan minat siswa yang berbeda
dengan petunjuk guru dianggap suatu penyimpangan dan pelanggaran dalam
pengajaran yang diberikan.
2. Kurang
memperhatikan penyesuaiannya dengan lingkungan.
3. Membentuk
kebiasaan-kebiasaan yang kaku dan dalam memberikan stimulus siswa dibiasakan
bertindak otomatis.
4. Dapat
menimbulkan verbalisme.
5. Latihan
yang dilakukan di bawah pengawasan yang ketat dan suasana serius mudah sekali
menimbulkan kebosanan.
6.
Latihan yang terlampau berat dapat
menimbulkan perasaan benci dalam diri siswa, baik terhadap pelajaran maupun
terhadap guru.
Kelemahan-kelemahan di atas dapat
diatasi dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1.
Guru mengarahkan siswa untuk memberikan
respons yang maksimal dan reaksi yang tepat.
2.
Jika terdapat kesulitan pada siswa saat
merespons, mereaksi, hendaknya guru segera meneliti sebab-sebab yang
menimbulkan kesulitan tersebut.
3.
Berikanlah segera penjelasan-penjelasan,
baik bagi reaksi atau respons yang betul maupun yang salah. Hal ini perlu
dilakukan agar siswa dapat mengevaluasi kemajuan dari latihannya.
4.
Usahakan siswa memiliki ketepatan
merespons kemudian kecepatan merespon.
5.
Istilah-istilah baik berupa kata-kata
maupun kalimat-kalimat yang digunakan dalam latihan hendaknya dimengerti oleh
siswa.
D.
Langkah-langkah
Metode Drill (Latihan Siap)
Langkah-langkah
penerapannya metode drill di kelas, latihan dapat dilakukan dalam berbagai
kegiatan belajar, baik secara lisan maupun secara tulisan, dalam bentuk mental
maupun fisik. Meskipun metode ini dapat digunakan dalam berbagai kegiatan
belajar, tidaklah berarti bahwa setiap metode ini harus dipakai dalam semua
aktifitas pembelajaran. Pengggunaan metode ini tergantung pada
keperluan-keperluan khusus, seperti pembiasaan mengerjakan sholat, membaca
al-Qur’an, dan sejenisnya.
Sebelum
melaksanakan metode drill, guru harus mempertimbangkan tentang sejauhmana
kesiapan guru, siswa dan pendukung lainnya yang terlibat dalam penerapan metode
ini.
a.
Tahap
Persiapan
Pada tahap
ini, ada beberapa hal yang dilakukan, antara lain :
1) Rumuskan tujuan yang harus dicapai
oleh siswa
2) Tentukan dengan jelas keterampilan
secara spesifik dan berurutan
3) Tentukan rangkaian gerakan atau
langkah yang harus dikerjakan untuk menghindari kesalahan
4) Lakukan kegiatan pradrill sebelum
menerapkan metode ini secara penuh
b.
Tahap Pelaksanaan
1) Langkah pembukaan
Dalam
langkah pembukaan, beberapa hal yang perlu dilaksanakan oleh guru diantaranya
mengemukakan tujuan yang harus dicapai, bentuk-bentuk latihan yang akan
dilakukan.
2) Langkah pelaksanaan
a.
Memulai
latihan dengan hal-hal yang sederhana dulu
b.
Ciptakan
suasana yang menyenangkan/menyejukkan
c.
Yakinkan
bahwa semua siswa tertarik untuk ikut
d.
Berikan
kesempatan \kepada siswa untuk terus berlatih
3) Langkah mengakhiri
Apabila
latihan sudah selesai, maka guru harus terus memberikan motivasi untuk siswa
terus melakukan latihan secara berkesinambungan sehingga latihan yang diberikan
dapat semakin melekat, terampil dan terbiasa.
c. Penutup
1)
Melaksanakan perbaikan terhadap
kesalahan-kesalahan yang
dilaksanakan oleh siswa.
dilaksanakan oleh siswa.
2)
Memberikan latihan penenangan.
Pengertian
yang dibutuhkan untuk keberhasilan suatu drill adalah:
1.
Pengertian terhadap latihan itu
sendiri
2.
Pengertian terhadap nilai dan hubungan
latihan itu dengan keseluruhan rangka pengajaran.
Untuk
mendapatkan kecakapan dengan metode drill ini, ada dua fase:
1.
Fase intregatif, di mana presepsi dari
arti dan proses dikembangkan. Pada fase ini belajar kecakapan dikembangkan
menurut praktek yang berarti sering melakukan hubungan fungsional dan aktifitas
penyelidikan.
2.
Fase penyempurnaan atau fase
menyelesaikan di mana ketelitian dikembangkan. Dalam fase ini, diperlukan
ketelitian dapat dikembangkan menurut praktek yang berulangkali. Jadi, variasi
praktek di sini ditujuan untuk mendalami arti bukan ketangkasan sedangkan praktek
yang sering ditujukan untuk mempertinggi efensiensi, bukan ntuk mendalami arti.
Dalam pelaksanaannya,
metode drill terkadang mengalami beberapa hambatan, terutama yang terkait
dengan kesiapan guru dan pengkondisian kelas. Oleh karena itu, guru hendaknya
memperhatikan beberapa prinsip dalam menggunakan metode drill, antara lain:
a.
Drill hanyalah untuk bahan atau
perbuatan yang bersifat otomatis.
b.
Latihan harus memiliki arti dalam
tingkah laku yang lebih luas, yakni:
1.
Sebelum melaksanakan latihan, siswa perlu
mengetahui terlebih dahulu arti latihan tersebut.
2.
Siswa perlu menyadari bahwa
latihan-latihan itu berguna untuk kehidupannya kelak.
3.
Siswa perlu mempunyai sikap bahwa
latihan-latihan itu diperlukan untuk melengkapi belajar.
c.
Latihan-latihan tersebut pertama-tama
harus ditekankan pada diagnosa:
1. Pada
taraf permulaan jangan diharapkan reproduksi yang sempurna.
2. Dalam
percobaan kembali harus diteliti kesulitan yang timbul respon yang benar
akhirnya harus dikenal siswa.
3. Siswa
memerlukan waktu untuk variasi latihan, perkembangan arti dan control.
4. Pertama
harus bersifat ketetapan, yang kemudian kecepatan, dan akhirnya kedua-duanya
harus dimiliki siswa.
5. Masa
latihan, harus relatif singkat dan sering dilakukan latihan-latihan lanjutan.
6. Kondisi
latihan harus menarik minat siswa, dan dalam suasana menyenangkan.
7. Proses
yang bersifat fundamental harus didahulukan dari latihan yang sifatnya
sekunder.
d.
Proses latihan juga harus memperhatikan
perbedaan kemampuan individual.
Agar pemakaian metode drill dapat
efektif, maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1.
Sebelum pelajaran dimulai, hendaknya
diawali terlebih dahulu dengan pemberian pengertian dasar.
2.
Metode ini hanya dipakai untuk bahan
pelajaran/ kecekatan-kecekatan yang bersifat rutin dan otomatis.
3.
Diusahakan hendaknya masa latihan
sesingkat mungkin, agar tidak membosankan.
4.
Maksud diadakannya latihan ulang harus
mempunyai tujuan yang lebih luas.
5.
Latihan diatur sedemikian rupa sehingga
bersifat menarik dan dapat menimbulkan motivasi belajar siswa.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Metode drill
merupakan metode pembelajaran yang digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan
atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari.
Macam-macam
metode drill
a. Teknik Inquiry (kerja kelompok)
b. Teknik Discovery (penemuan)
c. Teknik Micro Teaching
d. Teknik Modul Belajar
e. Teknik Belajar Mandiri
Berikut karakteristik metode drill:
1) Siswa
memperoleh kecakapan motorik, seperti mengulas, menghafal, membuat alat-alat,
menggunakan alat/mesin, permainan, dan atletik.
2) Siswa
memperoleh kecakapan mental, seperti melakukan perkalian, menjumlah, mengenal
tanda-tanda/ simbol, dsb.
3) Assosiasi
yang dibuat, seperti hubungan huruf-huruf dalam ejaan, penggunan simbol,
membaca peta, dsb.
Langkah-langkah metode drill yakni
sebagai berikut:
A. Tahap Persiapan
Pada tahap
ini, ada beberapa hal yang dilakukan, antara lain :
1) Rumuskan tujuan yang harus dicapai
oleh siswa
2) Tentukan dengan jelas keterampilan
secara spesifik dan berurutan
3) Tentukan rangkaian gerakan atau
langkah yang harus dikerjakan untuk menghindari kesalahan
4) Lakukan kegiatan pradrill sebelum
menerapkan metode ini secara penuh
B. Tahap Pelaksanaan
1)
Langkah
pembukaan
Dalam
langkah pembukaan, beberapa hal yang perlu dilaksanakan oleh guru diantaranya
mengemukakan tujuan yang harus dicapai, bentuk-bentuk latihan yang akan
dilakukan.
2)
Langkah
pelaksanaan
a. Memulai latihan dengan hal-hal yang
sederhana dulu
b. Ciptakan suasana yang
menyenangkan/menyejukkan
c. Yakinkan bahwa semua siswa tertarik
untuk ikut
d. Berikan kesempatan \kepada siswa
untuk terus berlatih
3)
Langkah
mengakhiri
Apabila
latihan sudah selesai, maka guru harus terus memberikan motivasi untuk siswa
terus melakukan latihan secara berkesinambungan sehingga latihan yang diberikan
dapat semakin melekat, terampil dan terbiasa.
C.
Tahap Penutup
1)
Melaksanakan perbaikan terhadap
kesalahan-kesalahan yang
dilaksanakan oleh siswa.
dilaksanakan oleh siswa.
2)
Memberikan latihan penenangan.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Zuhairini &
Abdul Ghofur, dkk. 1983. Methodik Pendidikan Agama. Surabaya: Usana
Offset Printing
·
Nasih, Ahmad
Munjuin, dkk. 2009. Metode & teknik Pembelajaran PAI. Bandung:
Refika Aditama
·
Usman,
Basyiruddin. 2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat
Pers
0 komentar:
Posting Komentar