BAB I
PEMBAHASAN
A.
Teori Contiguous
Conditioning Guthrie
Guthrie
lahir pada 1986 dan meninggal pada 1959. Dia adalah professor psikologi di
University of Washington dari 1994 dan pensiun pada 1956. Karya dasarnya adalah
The Psycholoy of Learning, yang dipublikasikan pada 1935 dan direvisi pada
1952.
Menurut
teori contiguous conditioning, belajar itu adalah suatu proses perubahan
yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan
reaksi (respons). Guthrie mengemukakan bahwa tingkah laku manusia itu secara
keseluruhan dapat dipandang sebagai deretan-deretan tingkah laku yang terdiri
dari unit-unit. Unit-unit tingkah laku ini merupakan reaksi dari stimulus
sebelumnya, dan kemudian unit tersebut menjadi stimulus untuk tingkah laku yang
berikutnya. Demikianlah seterusnya sehingga membentuk deretan-deretan tingkah
laku yang terus menerus. Jadi pada proses conditioning ini terjadi
asosiasi antara unit-unit tingkah laku secara berurutan.
Guthrie
menegaskan dengan hukumnya yaitu “The Law of Association”, yang berbunyi : “A
combination of stimuli which has accompanied a movement will on its
recurrence tend tobe followed by that movement” (Guthrie, 1952 :13).
Secara sederhana dapat diartikan bahwa gabungan atau kombinasi suatu kelas
stimuli yang menyertai atau mengikuti suatu gerakan tertentu, maka ada
kecenderungan bahwa gerakan itu akan diulangi lagi pada situasi/stimuli yang
sama. Teori behaviorisme yang menekankan adanya hubungan antara stimulus (S)
dengan respons (R) secara umum dapat dikatakan memiliki arti yang penting bagi
siswa untuk meraih keberhasilan belajar. Caranya, guru banyak memberikan
stimulus dalam proses pembelajaran, dan dengan cara ini siswa akan merespons
secara positif apa lagi jika diikuti dengan adanyareward yang berfungsi
sebagai reinforcement (penguatan terhadap respons yang telah
ditunjukkan).
Pandangan
Guthrie tentang Motivasi, Lupa, Hukuman, Niat, Transfer
Training sebagai berikut:
1.
Lupa
Menurut Guthrie, lupa disebabkan oleh munculnya respons alternatif dalam satu pola stimulus. Setelah pola stimulus menghasilkan respons alternatif, pola stimulus itu kemudian akan cenderung menghasilkan respons baru. Jadi menurut Guthrie, lupa pasti melibatkan proses belajar baru. Contohnya sebagai berikut: Seseorang yang belajar tugas A dan kemudian belajar tugas B lalu diuji untuk tugas A. satu orang lainnya belajar tugas A, tetapi tidak belajar tugas B, dan kemudian diuji pada tugas A. secara umum akan ditemukan bahwa orang pertama mengingat tugas A lebih sedikit ketimbang orang kedua. Jadi, tampak bahwa mempelajari hal baru (tugas B) telah mencampuri retensi dari apa yang dipelajari sebelumnya (tugas A). Pendapatnya adalah bahwa setiap kali mempelajari hal yang baru, maka proses itu akan menghambat sesuatu yang lama. Dengan kata lain, lupa disebabkan oleh intervensi. Tak ada intervensi, maka lupa tidak akan terjadi.
Menurut Guthrie, lupa disebabkan oleh munculnya respons alternatif dalam satu pola stimulus. Setelah pola stimulus menghasilkan respons alternatif, pola stimulus itu kemudian akan cenderung menghasilkan respons baru. Jadi menurut Guthrie, lupa pasti melibatkan proses belajar baru. Contohnya sebagai berikut: Seseorang yang belajar tugas A dan kemudian belajar tugas B lalu diuji untuk tugas A. satu orang lainnya belajar tugas A, tetapi tidak belajar tugas B, dan kemudian diuji pada tugas A. secara umum akan ditemukan bahwa orang pertama mengingat tugas A lebih sedikit ketimbang orang kedua. Jadi, tampak bahwa mempelajari hal baru (tugas B) telah mencampuri retensi dari apa yang dipelajari sebelumnya (tugas A). Pendapatnya adalah bahwa setiap kali mempelajari hal yang baru, maka proses itu akan menghambat sesuatu yang lama. Dengan kata lain, lupa disebabkan oleh intervensi. Tak ada intervensi, maka lupa tidak akan terjadi.
2.
Hukuman
Guthrie mengatakan efektivitas punishment (hukuman) ditentukan oleh apa penyebab tindakan yang dilakukan oleh organisme yang dihukum itu. Hukuman bekerja baik bukan karena rasa sakit yang dialami oleh individu terhukum, tetapi karena hukuman mengubah cara individu merespons stimuli tertentu. Hukuman akan efektif jika menghasilkan respons baru terhadap stimuli yang sama.Hukuman berhasil mengubah perilaku yang tidak diinginkan karena hukuman menimbulkan perilaku yang tidak kompatibel dengan perilaku yang dihukum. Hukuman akan gagal jika perilaku yang disebabkan oleh hukuman selaras dengan perilaku yang dihukum. Misalnya, seorang guru yang melihat siswanya ramai, siswa tersebut diingatkan, jika masih tetap ramai, guru menghukum siswa untuk menyanyi di depan kelas.
Guthrie mengatakan efektivitas punishment (hukuman) ditentukan oleh apa penyebab tindakan yang dilakukan oleh organisme yang dihukum itu. Hukuman bekerja baik bukan karena rasa sakit yang dialami oleh individu terhukum, tetapi karena hukuman mengubah cara individu merespons stimuli tertentu. Hukuman akan efektif jika menghasilkan respons baru terhadap stimuli yang sama.Hukuman berhasil mengubah perilaku yang tidak diinginkan karena hukuman menimbulkan perilaku yang tidak kompatibel dengan perilaku yang dihukum. Hukuman akan gagal jika perilaku yang disebabkan oleh hukuman selaras dengan perilaku yang dihukum. Misalnya, seorang guru yang melihat siswanya ramai, siswa tersebut diingatkan, jika masih tetap ramai, guru menghukum siswa untuk menyanyi di depan kelas.
3.
Motivasi
Motivasi
fisiologis merupakan apa yang oleh Guthrie dikatakan maintaining
stimuli(stimuli yang mempertahankan) yang menjaga organisme tetap aktif sampai
tujuan tercapai. Misalnya, rasa lapar menghasilkan stimuli internal yang terus
ada sampai makanan dikonsumsi. Ketika makan diperoleh, maintaining
stimuli akan hilang, dan karenanya kondisi yang menstimulasi telah
berubah. Misalnya, seorang siswa yang mendapat nilai jelek saat ulangan, guru
tidak boleh memarahinya. Menurut Guthrie, guru seharusnya memberi dorongan agar
siswa tersebut lebih rajin belajar
4.
Niat
Respons
yang dikondisikan ke maintaining
stimuli dinamakan intentions (niat). Respons tersebut dinamakan
niat karena maintaining stimuli dari dorongan biasanya berlangsung
selama periode waktu tertentu (sampai dorongan berkurang).Gambarannya, ketika
seorang siswa sudah paham dengan materi yang disampaikan oleh guru maka dia
akan langsung mengerjakan soal yang diberikan. Tetapi jika dia belum paham maka
dia akan mengacungkan tangan untuk bertanya kepada guru mengenai materi yang
belum dipahaminya. Perilaku yang dipicu oleh maintaining stimuli inilah yang
tampak purposive atau intensional (diniatkan).
5.
Transfer
Training
Guthrie
dalam hal ini kurang terlalu berharap. Karena pada dasarnya seseorang akan
menunjukkan respons yang sesuai dengan stimuli jika pada kondisi yang sama.
Guthrie selalu mengatakan pada mahasiswa universitasnya, jika anda ingin
mendapat manfaat terbesar dari studi anda, anda harus berlatih dalam situasi
yang persis sama-dalam kursi yang sama-di mana anda akan diuji. Jika anda
belajar sesuatu di kamar, tidak ada jaminan pengetahuan yang diperoleh disitu
akan ditransfer ke kelas.Saran Guthrie adalah selalu mempraktikkan perilaku
yang persis sama yang akan diminta kita lakukan nanti, selain itu, kita harus
melatihnya dalam kondisi yang persis sama dengan kondisi ketika nanti kita
diuji. Gagasan mengenai pemahaman, wawasan dan pemikiran hanya sedikit, atau
tidak ada maknanya bagi Guthrie. Satu-satunya hukum belajar adalah hukum
kontiguitas, yang menyatakan bahwa ketika dua kejadian terjadi bersamaan,
keduanya akan dipelajari.
B.
Beberapa metode
dipergunakan Guthrie dalam mengubah tingkah laku:
1)
Metode Reaksi
Berlawanan (Incompatible Response Method)
Metode
ini menganggap manusia adalah suatu organisme yang selalu mereaksi kepada
stimulus-stimulus tertentu. Jika suatu reaksi terhadap stimulus tertentu telah
menjadi kebiasaan, maka cara untuk mengubahnya adalah dengan cara menghubungkan
stimulus dengan reaksi yang berlawanan dengan reaksi yang hendak dihilangkan.
Misalnya seorang murid yang merasa ketakutan saat disuruh gurunya
maju untuk mengerjakan soal di papan tulis, untuk menghilangkan perasaan takut
siswa tersebut, guru bisa menyuruh siswa maju terus menerus tiap ada soal yang
hendak dikerjakan di papan tulis.
2)
Metode Membosankan (Exhaustion Method)
Hubungan
antara stimulus dan reaksi yang buruk itu dibiarkan saja sampai pelakunya
merasa bosan.
Sebagai contoh, misalnya seorang
siswa yang suka membuat catatan kecil untuk mencontek, maka untuk menghentikan
perilaku buruk itu, seorang guru bisa menyuruh siswa tersebut membuat catatan
berlembar-lembar secara terus menerus sehingga ia akan bosan dengan sendirinya.
Contoh lain, seorang siswa yang suka mengobrol dengan temannya ketika pelajaran
berlangsung, guru dapat memberi efek jera pada siswa tersebut dengan menyuruh
siswa tersebut berbicara selama 1 jam pelajaran sehingga siswa tersebut akan
bosan dan berhenti dengan sendirinya.
3)
Metode Mengubah
Lingkungan (Change of EnvironmentMethod)
Suatu
metode yang dilakukan dengan jalan memutuskan atau memisahkan hubungan antara
Stimulus (S) dan Reaksi (R) yang buruk yang akan dihilangkan, yakni dengan
mengubah stimulusnya.
Sebagai contoh, misalnya kita akan
mengubah tingkah laku/ kebiasaan-kebiasaan buruk yang dilakukan seorang anak di
sekolahnya, dengan memindahkan anak itu ke sekolah lain. Contoh lain, seorang
siswa yang suka ramai di belakang kelas, untuk menghentikan kebiasaan ramai
siswa tersebut, guru dapat memindahkan tempat duduknya ke baris depan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
BIOGRAFI
Leonard Clark Hull dilahirkan di Akron, New York pada 24 Mei 1884.
Ia dibesarkan di Michigan, dan mendiami satu kelas selama bertahun-tahun. Hull
mempunyai masalah kesehatan di mata. Orang tuanya miskin, dan Hull pernah
menderita polio. Pendidikan yang ditempuhnya beberapa kali terputus karena
sakit dan masalah keuangan. Tetapi setelah lulus, dia memenuhi syarat sebagai
guru dan menghabiskan banyak waktunya untuk mengajar di sekolah negeri yang
kecil di Sickle, Michigan.
Setelah
memperoleh bachelor dan gelar master di Universitas
Michigan, ia beralih ke psikologi, dan menerima Ph.D. psikologi di tahun 1918
dari University of Wisconsin, dimana dia tinggal selama sepuluh tahun sebagai
instruktur. Penelitian doctor- nya pada “Aspek kuantitatif dari Evolution
of Concepts” telah diterbitkan dalam Psychological Monographs. Selama
waktu itu, Hull mempelajari efek dari merokok tembakau pada kinerja, yang
kemudian dibahasnya pada beberapa literatur yang disertai dengan pengujian,
selanjutnya mulai penelitian tentang saran dan hipnose. Pada 1929, Clark Hull
melanjutkan penelitiannya di Yale University dan mulai serius terhadap
perkembangan teori perilakunya. Sampai akhir karirnya, Hull dan mahasiswa
didominasi behavioristik psikologi. Clark Hull meninggal pada 10 Mei 1952, di
New Haven, Connecticut.
Hull adalah seorang
tokoh teori belajar behavioristik. Hull tertarik dengan teori belajar yang
membuat dia menghasilkan beberapa buku yang berhubungan dengan teori belajar,
antara lain Mathematico Deductive Theory of Role Learning yang
ditulis bersama-sama dengan Hovland, Perkins, dan Fitch. Hull juga
menulis Principles of Behavior and Essentials of Behavior. Buku
terakhir yang ditulisnya adalah A Behavior System. Selain menulis buku
Hull juga menulis sejumlah artikel bagi majalah-majalah profesional.
B.
TEORI LEONARD CLARK HULL
Clark L. Hull mendasarkan teori belajarnya pada tingkah laku yang
diselidiki dengan hubungan perkuatan S- R. Metode yang digunakan merupakan
metode matematika, deduktif, dan dapat dites atau diuji. Teori dari Hull
sebenarnya tidak jauh beda dengan teori belajar lainnya. Beberapa persamaan
teori belajar Hull dengan teori belajar sebelumnya adalah sebagai berikut:
1)
Berdasarkan
asosiasi S-R
2)
Berdasarkan
cara melangsungkan hidup.
3)
Berdasarkan
kebutuhan biologis dan pemenuhannya.
4)
Orientasinya
kepada teori Pavlov.
Hull juga mengembangkan beberapa
definisi, antara lain:
a.
Kebutuhan
(Need)
Kebutuhan
merupakan keadaan organisme yang menyimpang dari kondisi biologis optimum pada
umumnya yang digunakan untuk melangsungkan hidupnya. Jika kebutuhan tersebut
timbul maka organisme akan bertindak untuk memenuhi kebutuhannya, hal tersebut
dinamakan mereduksi kebutuhan dan teori belajarnya disebut teori reduksi
kebutuhan atauneed reduction theory.
b.
Dorongan
(Drive)
Kondisi
kekosongan ganda organisme sehingga mendorong untuk melakukan sesuatu. Istilah
lain dari dorongan adalah motif. Adakalanya seseorang merasa ingin melakukan
sesuatu namun orang tersebut tidak memiliki dorongan untuk melakukannya.
c.
Perkuatan
(Reinforcement)
Sesuatu
yang dapat memperkuat hubungan S- R, dan respon terhadap stimulus tersebut
dapat mengurangi ketegangan kebutuhan. Perkuatan biasanya berupa hadiah.
Kebutuhan
yang timbul akan menyebabkan terbentuknya suatu perilaku yang akan mereduksi
kebutuhan secara berangsur-angsur yang dapat dipelajari responnya. Stimulus
yang dapat menimbulkan respon adalah stimulus yang mengenai saraf sensoris atau
reseptor kemudian menimbulkan impuls yang masuk afferent, yaitu saraf
gerak dan dapat mengaktifkan otot- otot maskuler.
S
dengan huruf besar merupakan stimulus dan obyeknya. s
dengan huruf kecil merupakan stimulus dalam organisme, stimulus yang sudah
berupa impuls. Impuls merupakan perangsang atau stimulus yang sudah ada dan
bekerja dalam saraf. Dalam teori kali ini yang akan kita pakai S dengan huruf
besar.
Hull
membedakan tendensi untuk timbulnya R dan r. R untuk respon
yang nampak, faktual, dan r adalah predisposisi respon yang masih
dalam aktivitas saraf. r merupakan respon yang
masih ada didalam organisme, jadi tidak nampak, tapi mempengaruhi tingkah laku.
Hull mengganti S- R menjadi SHR, dimana H merupakan Habit.
Hull
membedakan antara learning dengan performance. Tindakan dipengaruhi oleh banyak
hal, tetapi belajar hanya dipengaruhi oleh faktor jumlah waktu, respon khusus
terjadi karena kontinyu dengan perkuatan. Menurut Hull tingkah laku bersumber
pada kebutuhan yang merupakan tuntutan hidup.
C.
PENGAJUAN POSTULAT HULL
Hull
mengajukan enam belas postulat dalam cakupan enam belas hal yakni sebagai
berikut:
Tanda-tanda luar yang mendorong atau
membimbing tingkah laku dan representasi neuralnya atau saraf.
1)
Impuls saraf
afferent dan bekas lanjutannya. Jika suatu perangsang mengenai reseptor, maka
timbullah impuls saraf afferent dengan cepat mencapai puncak intensitasnya dan
kemudian berkurang secara berangsur-angsur. Sesaat saraf afferent berisi impuls
dan diteruskan kepada saraf sentral dala beberapa detik dan seterusnya timbul
respon. S- R diubah menjadi S- s- R atau S- s- r- R. Simbol s adalah impuls
atau stimulus trace dalam saraf sensoris, dan simbol r adalah impuls
respon yang masih dalam saraf fferent.
2)
Interaksi saraf
afferent. Impuls dalam suatu saraf afferent dapat diteruskan ke satu atau lebih
saraf afferent lainnya. R timbul tidak hanya karena satu stimulus, tetapi lebih
dari satu S yang lalu terjadi kombinasi berbagai stimulus. Rumusnya akan
berubah menjadi S- r- R.
Respon terhadap kebutuhan, hadiah dan kekuatan kebiasaan.
3)
Respon-respon
bawaan terhadap kebutuhan (tingkah laku yang tidak dipelajari).
Sejak lahir organisme mempunyai hierarki respon penentu kebutuhannya yang timbul karena ada rangsangan-rangsangandan dorongan. Respon terhadap kebutuhan tertentu bukan merupakan respon pilihan secara random, tetapi respon yang memang ditentukan oleh kebutuhannya, misalnya mata kena debu maka mata berkedip dan keluar air mata.
Sejak lahir organisme mempunyai hierarki respon penentu kebutuhannya yang timbul karena ada rangsangan-rangsangandan dorongan. Respon terhadap kebutuhan tertentu bukan merupakan respon pilihan secara random, tetapi respon yang memang ditentukan oleh kebutuhannya, misalnya mata kena debu maka mata berkedip dan keluar air mata.
4)
Hadiah dan
kekuatan kebiasaan; kontiguitas dan Reduksi Dorongan sebagai kondisi-kondisi
untuk belajar.
Kekuatan
kebiasaan akan bertambah jika kegiatan-kegiatan reseptor dan efektor terjadi
dalam persamaan waktu yang menyebabkan hubungan kontiguitif dengan hadiah
pertama dan hadiah kedua. Simbol kekuatan kebiasaan adalah sHs. Stimulus
pengganti (ekuaivalen)
5)
Generalisasi
(penyamarataan)
Kekuatan
kebiasaan yang efektif timbul karena stimulus lain daripada stimulus pertama
yang menjadi persyaratan bergantung kepada penindakan stimulus kedua dari yang
pertama dalam kesatuan yang terus menerus dari ambang perbedaan, dengan kata
lain yang ingin dibentuk merupakan hasil rata-rata persyaratan stimulus
berikutnya.
Dorongan-dorongan sebagai akitivator respon.
6)
Stimulus
dorongan. Hubungan dengan tiap-tiap dorongan adalah stimulus dorongan
karakteristik yang intensitasnya meningkat dengan kekuatan dorongan.
7)
Potensi reaksi
yang ditimbulkan oleh dorongan. Kekuatan kebiasaan disintesiskan kedalam
potensi reaksi dengan dorongan-dorongan primer yang timbul pada saat tertentu.
Faktor-faktor yang melawan respon-respon
8)
Pengekangan reaksi.
Timbulnya suatu reaksi menyebabkan pengekangan reaksi yang lain. Suatu kejemuan
untuk mengulangi respon. Pengekangan reaksi adalah penghamburan waktu yang
spontan.
9)
Pengekangan
yang dikondisikan (diisyaratkan). Stimuli yang dihubungkan dengan penghentian
respon menjadi pengekangan yang dikondisikan.
10) Osilasi pengekangan
Potensial
pengekangan dihubungkan dengan potensial reaksi yang bergoyang terus menerus
pada waktu itu.
Bangkitnya respon.
11) Reaksi ambang perangsang. Potensi reaksi efektif yang momentum
harus melampaui reaksi ambang perangsang sebelum stimulus membangkitkan reaksi.
12) Kemungkinan reaksi diatas ambang perangsang. Kemungkinan respon
adalah fungsi normal dari potensi reaksi efektif melampaui reaksi ambang
perangsang.
13) Latensi (keadaan diam atau berhenti). Makin potensi reaksi efektif
melampaui reaksi ambang perangsang makin pendek latensi respon, artinya respon
makin cepat timbul.
14) Hambatan berhenti (ekstingsi). Makin besar potensi reaksi efektif,
makin besar respon yang timbul tanpa perkuatan, sebelum berhenti atau
ekstingsi.
15) Amplitudo respon (besarnya respon). Besarnya dorongan dilantari
atau disebabkan oleh peningkatan kekuatan potensi efektif reaksi dalam sistem
saraf otonom.
16) Respon-respon yang bertentangan. Jika potensi-potensi reaksi kepada
dua atau lebih respon-respon yang bertentangan terjadi dalam organisme pada
waktu yang sama, maka hanya reaksi yang mempunyai potensi reaksi yang lebih
besar akan terjadi responnya.
Hull
mengajukan postulat- postulat tersebut dengan maksud ingin mempelajari
terbentuknya tingkah laku secara sistematis dan matematis. Dari enam belas
postulat yang menjadi inti adalah postulat nomor empat, yakni mengenai hadiah
dan kekuatan kebiasaan.
Peningkatan
dari hadiah yang berturut- turut memuncak terbentuknya kombinasi kekuatan
kebiasaan yang bergantung kepada peningkatan hadiah. Jika ditarik esensi teori
belajar pada analisis Hull adalah operasi dasar hadiah, pengaruh ulangan, dan
gradiasi hadiah.
Hull
mengemukakan ada tiga fungsi yang berbeda mengenai dorongan, yaitu:
— Tanpa adanya suatu dorongan tidak akan ada perkuatan primer,
sebab perkuatan primer akan menyebabkan penurunan cepat dari dorongan.
— Tanpa adanya dorongan tidak akan timbul respon, sebab
dorongan akan mengaktivir kebiasaan dalam potensi reaksi. Hull berasumsi bahwa
dorongan akan melipatgandakan kekuatan kebiasaan.
— Tanpa stimulus dorongan yang jelas, tidak akan terjadi
regulasi kebiasaan dari kebutuhan pada organisme, maka tidak ada cara untuk
mempelajari.
D.
HYPOTETICO
DEDUCTIVE THEORY
Teori belajar ini dikembangkan Hull dengan menggunakan metode
deduktif. Hull percaya bahwa pengembangan ilmu psikologi harus didasarkan pada
teori dan tidak semata-mata berdasarkan fenomena individual atau secara
induktif. Teori ini terdiri dari beberapa postulat yang menjelaskan
pemikirannya tentang aktivitas otak, reinforcement, habit, reaksi potensial,
dan lain sebagainya (Lundin, 1991, pp.193-195).
Sumbangan
utama Hull adalah pada ketajaman teorinya yang detil, ditunjang dengan
hasil-hasil eksperimen yang cermat dan ekstensif. Akibatnya ide Hull banyak
dirujuk oleh para ahli behavioristik lainnya dan dikembangkan. Namun walaupun
demikian Hull juga mendapatkan banyak kritikan yang diberikan padanya,
diantaranya sebagai berikut:
Teorinya
dianggap terlalu kompleks dan sulit dimengerti. Dalam setiap penelitiannya Hull
selalu mengembangkan sistem yang rumit dan sangat bergantung kepada matematika
elaborasi.
Idenya
tentang proses internal dianggap abstrak dan sulit dibuktikan melalui
eksperimen empiris. Partikularistic, usaha untuk menggeneralisasi hasil
eksperimen secara berlebihan.
E.
MATHEMATICO
DEDUCTIVE HULL
Teori belajar ini
merupakan satu perlakuan sistematis dari belajar berdasarkan teori
pengkondisian klasik dan dinyatakan dalam bentuk postulat- postulat deduktif
dan akibat- akibatnya yang bersifat wajar. Hukum asasi dari perolehan kemahiran
beranggapan bahwa kekuatan kebiasaan itu dibangun secara beransur- angsur dalam
bentuk tambahan atau kenaikan- kenaikan kebiasaan, lewat penguatan yang
berdekatan dari unit- unit S- R atau stimulus- respon.
DAFTAR
PUSTAKA
Supartiknya. Teori-teori Sifat dan
Behavioristik. Yogyakarta: IKAPI-KANISIUS. 1998.
Bower, Gordon H. dan Ernest R.
Hilgard. 1981. Theories of Learning. Amerika: Prentice-Hall, Inc.,
Englewood Cliffs, N.J 07632.
0 komentar:
Posting Komentar