MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
ILMU JIWA BELAJAR
“ BELAJAR DAN FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PROSES DAN HASIL BELAJAR ”
KATA PENGANTAR
Tiada
kata yang patut dan pantas kami ungkapakan melainkan ucapan Alhamdulillah
sebagai rasa syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya,
sehingga disini penulis dalam waktu singkat dapat menyelesaikan Makalah ini guna untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh Dosen Pembimbing.
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh Dosen Pembimbing, dalam menulis makalah ini penulis banyak
mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ucapkan banyak
terimakasih diantaranya kepada :
1.
Hj.
Sufinatin Aisidah, M.Pd.I, selaku
dosen Pembimbing pembuatan makalah ini.
2.
Semua
orang-orang yang membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini, yang tidak
dapat disebutkan satu-persatu dimakalah ini.
Akhirnya penulis senantiasa berdo’a kepada Allah SWT
semoga jerih payah yang selama ini dilakukan diterima oleh Allah SWT sebagai
amal shaleh, shalehah, Amin…..
Penulis sadar bahwa manusia tidak bisa lepas dari salah
dan lupa, oleh karena itu saran dan kritik selalu penulis harapkan pada pembaca
semua demi kesempurnaan Makalah ini.
Surabaya,
11 Oktober 2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Setiap harinya kita pasti tidak akan lepas dari kegiatan belajar.
Baik kita sadari ataupun tidak, baik secara formal maupun nonformal. Banyak hal
disekitar kita yang dapat kita jadikan bahan pelajaran. Mulai dari lingkungan,
tumbuhan, hewan bahkan manusia itu sendiri. Tetapi meski demikian, ternyata
tidak semua kegiatan yang kita lakukan dapat dikatakan sebagai belajar.
Misalnya saja, ketika kita berolahraga kemudian tanpa sadar kaki kita terkilir
sehingga kita kesulitan untuk berjalan. Apakah hal yang demikian termasuk dalam
kategori belajar? Lantas kegiatan atau aktivitas apa saja yang dapat dikatakan
sebagai belajar?
Dengan adanya pernyataan di atas
maka, pada kesempatan kali ini kami akan mencoba untuk memaparkan dan
menjelaskan secara singkat mengenai kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat
dinyatakan sebagai belajar. Selain itu kami juga akan menjelaskan mengenai apa
itu belajar, apa saja prinsip-prinsip belajar, bentuk-bentuk dari belajar serta
faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi belajar.
Belajar adalah perubahan perilaku
yang diperoleh peserta didik melalui aktivitas belajar sebagai hasil dari
interaksi peserta didik dengan lingkungan pendidikan dan dengan guru.pengertian
belajar secara psikologis, juga dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan
dalam perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalm memenuhi
kebutuhan hidupnya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas, dapat di ambil rumusan masalah sebagai berikut
:
1.
Bagaimanakah
belajar itu?
2.
Bagaimana
prinsip dan bentuk dari belajar?
3.
Bagaimana pula
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar?
1.3 TUJUAN MASALAH
Dari rumusan masalah di atas, dapat di ambil
tujuan penulisan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian belajar
2. Untuk mengetahui prinsip dan bentuk belajar
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi belajar
2. Untuk mengetahui prinsip dan bentuk belajar
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi belajar
1.4 METODOLOGI PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis
menggunakan metode studi pustaka yaitu mengambil materi-materi dari berbagai
sumber buku. Selain itu, penulis juga mengambil materi dari internet demi
kelengkapan makalah yang penulis buat ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Dan
Ciri-Ciri Belajar
Belajar
adalah : perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik melalui aktivitas
belajar sebagai hasil dari interaksi peserta didik dengan lingkungan pendidikan
dan dengan guru.pengertian belajar secara psikologis, juga dapat diartikan
sebagai suatu proses perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungannya dalm memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar
didefinisikan oleh berbagai ahli sebagai berikut:
Slameto
(1988:2) mengemukakan bahwa : “ belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
individu dengan lingkungannya”.
Moeslichatoen
(1989:1) belajar ialah proses yang membuat terjadinya proses belajar dan
perubahan itu sendiri dihasilkan dari usaha dalam proses belajar.
Cronbach
(sadirman 1990:22) belajar ialah perubahan dalam performansi sebagai hasil dari
praktek.
Harold
spears 1955: P.94 : learning is to observe , to read, to imitate, to try
something themselves, to listen, to follow direction.
McGeoh
: learning is a change performance as a result of practice( skinner,1958 p.109)
Hilgard
: learning is the process by which an activity originates or is changed through
training procedures ( whether in the
laboratory or in the natural environment) as distinguished from change by faktors
not attributable to training (1948,p.4)
W.
Setrn dalm buku allgemeine psychology “ learn : is the kennisserwerb durch
wiedurholte darbeitungen yang arti luasnya meliputi der ansignung neur
fertigkeiten durch wiederholungdie rede ( stern, 1950.p, 313)
Jika
dianalisis pengertian belajar dari berbagai ahli tersebut , nampaknya memiliki
pandangan yang relatif sama tentang pengertian belajar, Belajar adalah :
perubahan perilaku yang dihasilkan dari suatu proses kegiatan belajar yang
diperoleh peserta didik melalui proses pembelajaran dikelas. Proses tersebut
ditunjukan oleh peserta didik menjadi tahu, terampil,berbudi, dan menjadi
manusia yang mampu menggunakan akal pikirannya sebelum bertindak dan mengambil
keputusan untuk melakukan sesuatu.
Jadi
pengertian belajar menurut para ahli psikologi, khususnya psikologi pendidikan
yaitu:
1.
Perubahan yang
terjadi secara sadar
2.
Perubahan
belajar bersifat continue dan fungsional
3.
Perubahan dalam
belajar bersifat positif dan aktif
4.
Perubahan
belajar tidak bersifat sementara
5.
Perubahan
belajar bertujuan dan terarah
6.
Perubahan
mencakup seluruh aspek perilaku
(Slameto,
1988:3-4) kesimpulannya bahwa semua perubahan yang terjadi karena tidak
direncanakan tidak termasuk dalam pengertian belajar, misalnya si Ali menjadi
pincang dalm berjalan karena habis jatuh dari sepeda, maka perubahan dari tidak
pincang menjadi pincang ini tidak termasuk dalam pengertian belajar.
2.2
Prinsip-Prinsip
Belajar
Agar aktivitas
yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran terarah pada upaya peningkatan potensi
siswa secara komprehensip, maka pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan
prinsip-prinsip yang benar, yang bertolak dari kebutuhan internal siswa untuk
belajar. Davies (1991:32), mengingatkan beberapa hal yang dapat menjadikan
kerangka dasar bagi penerapan prinsip-prinsip belajar dalam proses
pembelajaran, yaitu :
1. Hal apapun yang dipelajari murid,
maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak seorangpun yang dapat melakukan
kegiatan belajar tersebut untuknya.
2. Setiap murid belajar menurut tempo
(kecepatannya) sendiri dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam
kecepatan belajar.
3. Seorang murid belajar lebih
banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement).
4. Penguasaan secara penuh dari
setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan murid belajar secara lebih
berarti.
5. Apabila murid diberikan tanggung
jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, dan
ia akan belajar dan mengingat lebih baik.
Prinsip belajar
menunjuk kepada hal-hal penting yang harus dilakukan guru agar terjadi proses
belajar siswa sehingga proses pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai hasil
yang harapkan. Prinsip-prinsip belajar juga memberikan arah tentang apa saja
yang sebaiknya dilakukan oleh guru agar para siswa dapat berperan aktif di
dalam proses pembelajaran.
Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar dalam Pembelajaran
1.
Prinsip
perhatian dalam motivasi
Perhatian dan motivasi merupakan dua
aktivitas yang memiliki keterkaitan yang sangat erat.Untuk menumbuhkan
perhatian diperlukan adanya motivasi. Sejumlah hasil penelitian bahwa hasil
belajar pada umumnya meningkat jika anak memiliki motivasi yang kuat untuk
belajar.
Hamalik (2001), mengemukakan bahwa
motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai
dengan timbulnya afektif (perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan). Perubahan
energi di dalam diri seseorang tersebut kemudian membentuk suatu aktivitas
nyata dalam bebagai bentuk kegiatan.
Penerapan prinsip-prinsip motivasi dalam proses pembelajaran akan
dapat berlangsung dengan baik, bilamana guru memahami beberapa aspek yang
berkenaan dengan dorongan psikologis sebagai individu dalam diri siswa sebagai
berikut :
a.
Setiap individu
tidak hanya didorong oleh pemenuhan aspek biologis, sosial dan emosional, akan
tetapi individu perlu juga dorongan untuk mencapai sesuatu yang lebih dari yang
ia miliki saat ini.
b.
Pengetahuan
tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan mendorong terjadinya
peningkatan usaha.
c.
Motivasi
dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian.
d.
Rasa aman dan
keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung meningkatkan motivasi belajar.
e.
Motivasi
bertambah bila para pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa sebagian besar
dari kebutuhannya dapat dipenuhi.
f.
Kajian dan
penguatan guru, orang tua dan teman seusia berpengaruh terdapat motivasi dan
perilaku.
g.
Insentif dan
hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas, memang ada bahayanya
bila anak bekerja karena ingin mendapat hadiah dan bukan karena memang ingin
belajar.
h.
Kompetisi dan
insentif dalam waktu tertentu dapat meningkatkan motivasi.
i.
Sikap yang baik
untuk belajar dapat dicapai oleh kebanyakan individu dalam suasana belajar yang
memuaskan.
j.
Proses belajar
dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar saat itu dapat mempertinggi
motivasi.
Agar motivasi belajar siswa dapat tumbuh dengan baik maka guru
harus berusaha :
Ø Merancang atau menyiapkan bahan ajar yang menarik.
Ø Mengkondisikan proses belajar aktif.
Ø Menggunakan metode dan teknik pembelajaran yang menyenangkan.
Ø Mengupayakan pemenuhan kebutuhan siswa di dalam belajar (misalnya
kebutuhan untuk dihargai, tidak merasa tertekan, dsb)
Ø Meyakinkan siswa bahwa mereka mampu mencapai suatu prestasi.
Ø Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa dan sesegera mungkin
pula memberitahukan hasilnya kepada siswa.
Ø Memberitahukan nilai dari pelajaran yang sedang dipelajari siswa
dan menghubungkannya dengan kehidupan nyata sehari-hari.
2.
Prinsip
Transfer dan Retensi
Berkenaan dengan proses transfer dan retensi terdapat beberapa
prinsip yaitu :
Å Tujuan belajar dan daya ingat dapat menguat retensi.
Å Bahan yang bermakna bagi pelajar dapat diserap lebih baik.
Å Retensi seseorang dipengaruhi oleh kondisi psikis dan fisik dimana
proses belajar itu terjadi.
Å Latihan yang terbagi-bagi memungkinkan retensi yang lebih baik.
Å Penelaahan bahan-bahan faktual, keterampilan dan konsep dapat
meningkatkan retensi.
Å Proses belajar cenderung
terjadi bila kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat memberikan hasil yang
memuaskan.
Å Proses saling mempengaruhi
dalam belajar akan terjadi bila bahan baru yang sama dipelajari mengikuti bahan
yang lalu.
Å Pengetahuan tentang konsep,
prinsip dan generalisasi dapat diserap dengan baik dan dapat diterapkan lebih
berhasil dengan cara menghubung-hubungkan penerapan prinsip yang dipelajari
dengan memberikan ilustrasi unsur-unsur yang serupa.
Å Transfer hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih mendapatkan
kemudahan bila hubungan-hubungan yang bermanfaat dalam situasi yang khas dan
dalam situasi yang agak sama dapat diciptakan.
Å Tahap akhir proses belajar
seyogyanya memasukkan usaha untuk menarik generalisasi, yang pada gilirannya
nanti dapat lebih memperkuat retensi dan transfer.
3.
Prinsip
Keaktifan
Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal,
baik intelektual, emosional dan fisik jika dibutuhkan. Pandangan mendasar yang
perlu menjadi kerangka pikir setiap guru adalah bahwa pada prinsipnya anak-anak
adalah makhluk yang aktif. Individu merupakan manusia belajar yang aktif dan
selalu ingin tahu. Daya keaktifan yang dimiliki anak secara kodrati itu akan
dapat berkembang ke arah yang positif bilamana lingkungannya memberikan ruang
yang baik untuk tumbuh suburnya keaktifan itu.
Menurut teori belajar Kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa
yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar
menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. Pengetahuan bukanlah suatu
barang yang dapat ditransfer begitu saja dari pikiran orang yang mempunyai
pengetahuan ke pikiran orang yang belum mempunyai pengetahuan. Bahkan bila
seorang guru bermaksud mentransfer konsep, ide dan pegertian kepada seorang
murid, pemindahan itu harus diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh si murid
lewat pengalamannya (Glasersferld dalam Battencourt, 1989).
Dalam proses konstruksi itu menurut Glasersferld, diperlukan
beberapa kemampuan; (1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali
pengalaman, (2) kemampuan membandingkan, mengambil keputusan (justifikasi)
mengenai persamaan dan perbedaan, dan (3) kemampuan untuk lebih menyukai
pengalaman yang satu daripada pengalaman yang lain.
Implikasi prinsip keaktifan atau aktivitas bagi guru di dalam
proses pembelajaran adalah:
Þ Memberi kesempatan, peluang seluas-luasnya kepada siswa untuk
berkreativitas dalam prose pembelajarannya.
Þ Memberikan kesempatan melakukan pengamatan, penyelidikan atau
inkuiri dan eksperimen.
Þ Memberikan tugas individual dan kelompok melalui kontrol guru.
Þ Memberikan pujian verbal dan non verbal terhadap siswa yang
memberikan respons terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
Þ Menggunakan multi metode dan multi media di dalam pembelajaran.
4.
Prinsip
Keterlibatan Langsung
Sejumlah hasil penelitian membuktikan lebih dari 60% sesuatu yang
diperoleh dari kegiatan belajar didapatkan dari keterlibatan langsung. Edgar
Dale dalam penggolongan pengalaman belajarnya yang dituangkan di dalam kerucut
pengalaman belajar mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar
melalui penglaman langsung. Keterlibatan langsung siswa memberi banyak sekali
manfaat yang langsung dirasakan pada saat terjadinya proses pembelajaran
tersebut.
Implikasi prinsip keterlibatan langsung bagi guru adalah:
à Mengaktifan peran individual atau kelompok kecil di dalam
penyelesaian tugas.
à Menggunakan media secara langsung dan melibatkan siswa untuk
melakukan berbagai percobaan atau eksperimen.
à Memberi keleluasaan kepada siswa untuk melakukan berbagai percobaan
atau eksperimen.
à Memberikan tugas-tugas praktek.
Bagi siswa, implikasi prinsip keterlibatan langsung ini adalah: (1)
siswa harus terdorong aktif untuk mengalami sendiri dalam melakukan aktivitas
pembelajaran, (2) siswa dituntut untuk aktif mengerjakan tugas-tugas.
5.
Prinsip
Pengulangan
Teori belajar klasik yang memberikan dukungan paling kuat terhadap
prinsip belajar pengulangan ini adalah teori psikologi daya. Berdasarkan teori
ini, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang meliputi daya
berpikir, mengingat, mengamati, manghafal, menanggapi dan sebagainya. Melalui
latihan-latihan maka daya-daya tersebut semakin berkembang. Sebaiknya semakin
kurang pemberian latihan, maka daya-daya tersebut semakin lambat
perkembangannya.
Di samping teori psikologi daya, prinsip pengulangan ini juga
didasari oleh teori Psikologi Asosiasi atau Connecsionisme yang dipelopori oleh
teori Thorndike dengan salah satu hukum belajarnya “Low of exercise” yang
mengemukakan bahwa belajar adalah pembentukan hubungan stimulus dan respons.
Pandangan psikologi condisioning juga memberikan dasar yang kokoh bagi
pentingnya proses latihan. Psikologi ini berpandangan bahwa munculnya respons,
tidak saja disebabkan oleh adanya stimulus, akan tetapi lebih banyak disebabkan
karena adanya stimulus yang dikondisikan.
Stephen R. Covey, pengarang buku The 7 Habits of Effective People,
mengemukakan bahwa kebiasaan sebagai titik pertemuan dari pengetahuan,
keterampilan dan keinginan. Pengetahuan adalah paradigma teoritis, apa yang
harus dilakukan dan mengapa. Keterampilan adalah bagaimana melakukannya. Dan
keinginan adalah motivasi, keinginan untuk melakukan. Agar sesuatu bisa menjadi
kebiasaan dalam hidup kita, kita harus mempunyai ketiga hal tersebut.
Pandangannya ini digambarkan sebagai berikut:
Pengetahuan (apa yang harus dilakukan, mengapa)
Keterampilan (bagaimana melakukan)
Pola Terbentuknya Kebiasaan
Keinginan (mau melakukan)
Implikasi prinsip-prinsip pengulangan bagi guru adalah:
© Memilah pembelajaran yang berisi pesan yang membutuhkan
pengulangan.
© Merancang kegiatan pengulangan.
© Mengembangkan soal-soal latihan.
© Mengimplementasikan kegiatan-kegiatan pengulangan yang bervariasi.
Sedangkan pada siswa sangat dituntut untuk memiliki kesadaran yang
mendalam agar bersedia melakukan pengulangan latihan-latihan baik yang
ditugaskan oleh guru maupun atas inisiatif dan dorongan diri sendiri.
6.
Prinsip
Tantangan
Deporter (2000:23) mengemukakan bahwa studi-studi menunjukkan bahwa
siswa lebih banyak belajar jika pelajarannya memuaskan, menantang serta ramah,
dan mereka memiliki peran di dalam pengambilan keputusan. Bilamana anak merasa
tertantang dalam suatu pelajaran, maka ia dapat mengabaikan aktivitas lain yang
dapat mengganggu kegiatan belajarnya. Mihaly Csikszentmihalyi, psikolog dari
Universitas Chicago dikenal karena penelitiannya dalam mendokumentasikan suatu
“keadaan dimana seseorang sangat terlibat dalam sebuah kegiatan sehingga hal
lain seakan tak berarti lagi”. Goleman menjelaskan tentang keadaan flow ini.
Jika tuntunan terlalu sedikit, orang akan menjadi bosan. Jika tuntutan terlalu
besar untuk diatasi, mereka akan menjadi cemas. Flow terjadi di daerah genting
antara kebosanan dan kecemasan.
Kurt Lewin dalam sebuah teori yang dinamakannya “Teori Medan”
(Field Theory), mengemukakan bahwa siswa di dalam suatu situasi belajar berada
dalam suatu medan atau lapangan psikologis.
Beberapa bentuk kegiatan berikut dapat dijadikan sebagai acuan bagi
guru untuk menciptakan tantangan dalam kegiatan belajar, yaitu :
1) Merancang dan mengelola kegiatan inquiry dan eksperimen.
2) Memberikan tugas-tugas pemecahan masalah kepada siswa.
3) Mendorong siswa untuk membuat kesimpulan pada setiap sesi
pembelajaran.
4) Mengembangkan bahan-bahan pembelajaran yang menarik.
5) Membimbing siswa menemukan fakta, konsep, prinsip, dan
generalisasi.
6) Merancang dan mengelola kegiatan diskusi.
7.
Prinsip Balikan
dan Penguatan
Prinsip balikan dan penguatan pada dasarnya merupakan implementasi
dari teori belajar yang dikemukakan oleh Skiner melalui Teori Operant
Conditioning dan salah satu hukum belajar dari Thorndike yaitu “law of effect”.
Menurut hukum belajar ini, siswa akan belajar lebih bersemangat apabila
mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil belajar, apalagi hasil yang
baik merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh positif bagi
upaya-upaya belajar berikutnya. Namun dorongan belajar, menurut Skinner tidak
hanya muncul karena penguatan yang menyenangkan, akan tetapi juga terdorong
oleh penguatan yang tidak menyenangkan, dengan kata lain penguatan positif dan
negatif dapat memperkuat belajar.
Memberi penguatan (reinforcement) merupakan tindakan atau respon
terhadap suatu bentuk perilaku yang dapat mendorong munculnya peningkatan
kualitas tingkah laku pada waktu yang lain.
Sumantri dan Permana (1999:274) mengemukakan secara khusus beberapa
tujuan dari pemberian penguatan, yaitu:
x
Membangkitkan
motivasi belajar peserta didik.
x
Merangsang
peserta didik berpikir lebih baik.
x
Menimbulkan
perhatian peserta didik.
x
Menumbuhkan
kemampuan berinisiatif secara pribadi.
x
Mengendalikan
dan mengubah sikap negatif peserta didik dalam belajar ke arah perilaku yang
mendukung belajar.
Terdapat beberapa jenis penguatan yang dapat dilakukan guru:
Þ Penguatan verbal, yaitu penguatan yang diberikan guru berupa
kata-kata/kalimat yang diucapkan, seperti: “bagus”, “baik”, “smart”, “tepat”
dan sebagainya.
Þ Penguatan gestural, yaitu penguatan berupa gerak tubuh atau mimik
muka yang memberi arti/kesan baik kepada peserta didik. Penguatan gestural
dapat berupa; tepuk tangan, acungan jempol, anggukan, tersenyum, dan
sebagainya.
Þ Penguatan dengan cara mendekati, yaitu perhatian guru terhadap
perilaku peserta didik dengan cara mendekatinya. Penguatan dengan cara
mendekati ini dapat dilakukan ketika peserta didik menjawab pertanyaan,
bertanya, berdiskusi atau sedang melakukan aktivitas-aktivitas lainnya.
Þ Penguatan dengan cara sentuhan, yaitu penguatan yang dilakukan guru
dengan cara menyentuh peserta didik, seperti menepuk pundak, menjabat tangan,
mengusap kepala peserta didik, atau bentuk-bentuk lainnya.
Þ Penguatan dengan cara memberikan kegiatan yang menyenangkan.
Memberikan penghargaan kepada kepada kemampuan peserta didik dalam suatu bidang
tertentu, seperti peserta didik yang pandai bernyanyi diberikan kesempatan
untuk melatih vokal pada temannya.
Þ Penguatan berupa tanda atau benda, yaitu memberikan penguatan
kepada peserta didik berupa simbol-simbol atau benda-benda. Penguatan ini dapat
berupa komentar tetulis atas karya peserta didik, hadiah, piagam, lencana, dan
sebagainya.
Ketepatan pemberian dan penggunaan penguatan harus mendapat
perhatian guru. Bilamana penguatan dipergunakan pada situasi dan waktu yang
tidak tepat, maka hal itu dapat kehilangan keefektifannya. Sebaliknya bilamana
penguatan itu dipergunakan secara tepat, maka akan memberikan pengaruh yang
positif terhadap aktivitas belajar peserta didik.
Implikasi prinsip-prinsip balikan dan penguatan bagi guru antara
lain; (1) memberikan balikan dan penguatan secara tepat, baik tenik, waktu
maupun bentuknya, (2) memberikan kepada siswa jawaban yang benar, (3)
mengoreksi dan membahas pekerjaan siswa, (4) memberikan catatan pada hasil pekerjaan
siswa baik berupa angka maupun komentar-komentar tertentu, (5) memberikan
lembar jawaban atau kerja siswa, (6) mengumumkan atau menginformasikan
peringkat secara terbuka, (7) memberikan penghargaan.
8.
Prinsip
Perbedaan Individual
Hasil sejumlah riset menunjukkan bahwa keberagaman faktor, seperti
sikap siswa, kemampuan dan gaya belajar, pengetahuan serta memberikan dan
konteks pembelajaran merupakan komponen yang memberikan dampak sangat penting
terhadap apa yang sesungguhnya harus siswa-siswa pelajari (Killen, 1998:5).
Dalam pandangan DePorter & Hernacki (2001:117) terdapat tiga
karakteristik atau modalitas belajar siswa yang perlu diketahui oleh setiap
pendidik dalam proses pembelajaran, yaitu:
a)
Orang-orang
yang visual, yang sering kali ditandai suka mencoret-coret ketika berbicara di
telpon, berbicara dengan tepat, lebih suka melihat peta daripada mendengar
penjelasan.
b)
Orang-orang
yang auditorial, yang sering ditandai suka berbicara sendiri, lebih suka
mendengarkan ceramah atau seminar daripada membaca buku, lebih suka berbicara
daripada menulis.
c)
c. Orang-orang
yang kinestetik, yang sering ditandai berpikir lebih baik ketika bergerak atau
berjalan, banyak menggerakkan anggota tubuh ketika berbicara, sulit untuk duduk
dan diam.
Peserta didik adalah individual yang memiliki keunikan, berbeda
satu sama lain dan tidak satupun yang memiliki ciri-ciri persis sama meskipun
mereka itu kembar. Setiap individu pasti memiliki karakteristik yang berbeda
dengan individu lainnya. Perbedaan individual ini merupakan kodrat manusia yang
bersifat alami.
Pembelajaran yang bersifat klasikan
yang mengabaikan perbedaan-perbedaan individual dapat diperbaiki dengan
beberapa cara. Cara-cra yang dapat ditempuh oleh guru antara lain penggunaan
metode atau pendekatan secara bervariasi sehingga semakin besar memberikan
peluang tumbuhnya perhatian siswa di dalam latar belakang perbedaan individual.
Upaya lain yang dapat dilakukan guru adalah dengan menambah waktu belajar bagi
siswa-siswa yang memiliki kemampuan rendah, atau memberikan pengayaan bagi
siswa-siswa yang memiliki kemampuan lebih dari yang lain.
2.3
Bentuk-Bentuk
Belajar
Belajar sebagai
aktivitas mencakup:
1.
belajar bagian
: peserta didik belajar dengan membagi-bagi materi pelajaran ke dalam
bagian-bagian agar mudah dipelajari untuk memahami makna materi pelajaran
secara keseluruhan.
2.
belajar dengan
wawasan : belajar yang berdasr pada teori wawasan yangt menyatakan bahwa
belajar merupakan suatu proses mereorganisasikan pola-pola perilaku yang
terbentuk menjadi satu tingkah laku yang ada hubungannya dengan penyelesaian
suatu persoalan
3.
belajar
diskriminatif : suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi rangsangan dan
menjadikannya sebagai suatu pedoman.
4.
belajar secara
global atau keseluruhan : individu mempelajari keseluruhan bahan pelajaran lalu
dipelajari secara berulang untuk dikuasai.
5.
belajar
incidental : proses yang terjadi secara sewaktu-waktu tanpa ada petunjuk yang
diberikan oleh guru sebelumnya.
6.
belajar
instrumental : proses belajar yang terjadi karena adanya hukuman dan hadiah
dari guru sebagai alat untuk mensukseskan aktivitas belajar peserta didik.
7.
belajar
intensional : belajar yang memiliki arah ,tujuan, dan petunjuk yang dijelaskan
oleh guru.
8.
belajar laten :
belajar yang ditandai dengan perubahan-perubahan perilaku yang terlihat tidak
terjadi dengan segera.
9.
belajar mental
: perubahan tingkah laku yang terjadi pada individu tidak nyata terlihat,
melainkan hanya berupa perubahan proses kognitif dari bahan yang dipelajari.
10.
belajar
produktif : belajar dengan transfer maksimum
11.
belajar secara
verbal : belajar dengan materi verbal dengan melalui proses latihan dan proses
ingatan.
2.4
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Proses Dan Hasil Belajar
Faktor-faktor
yang mempengaruhi proses dan hasil belajar atau rangkuman
Untuk
memahami kegiatan yang disebut “belajar” perlu dilakukan analisis untuk
menemukan persoalan-persoalan apa yang terlibat didalam kegiatan belajar itu.
Dimuka telah dikatakan bahwa belajar merupakan suatu proses. Sebagai suatu
proses sudah barang tentu harus ada yang diproses (masukan atau input), dan
hasil dari pemrosesan(keluaran atau output). Jadi dalam hal ini kita dapat
menganalisis kegiatan belajar itu dengan pendekatan analisis system. Dengan
pendekatan system ini sekaligus kita dapat melihat adanya berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.
Di
dalam proses belajar – mengajar di sekolah, maka yang dimaksud masukan mentah
atau raw input adalah siswa sebagai
raw input siswa memiliki karakteristik tertentu, baik fisiologis maupun
psikologis. Mengenai fisiologis ialah bagaimana kondisi fisiknya, panca
indranya dan sebgainya. Sedangkan menyangkut psikologis adalah: minatnya,
tingkat kecerdasannya, bakatnya, motivasinya, kemampuan kognitifnya, dan
sebagainya. Semua ini dapat mempengaruhi bagaimana proses dan hasil belajarnya.
Yang
termasuk instrumental input atau faktor-faktor yang disengaja dirancang dan
dimanipulasikan adalah: kurikulum atau bahan pelajaran, guru yang memberikan
pengajaran, sarana dan fasilitas, serta menejemen yang berlaku disekolah yang
bersangkuatan. Didalam keseluruhan sistem maka instrumental input merupakan faktor
yang sangat penting pula dan paling menentukan dalam pencapaian hasil/output
yang dikehendaki, karena instrumental input inilah yang menentukan bagaimana
proses belajar mengajar itu akan terjadi didalam diri si pelajar.
Belajar
sebagai proses atau aktivitas disyaratkan oleh banyak sekali hal-hal atau faktor-faktor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu adalah banyak sekali macamnya,
terlalu banyak untuk disebutkan satu opersatu. Untuk memudahkan pembicaraan
dapat dilakukan klasivikasi demikian :
(1)
Faktor-faktor
yang bersal dari luar diri pelajar, dan in I masi laagi dapat digolongkan
menjadi dua golongan, dengan catatan bahwa overlopping tetap ada, yaitu :
(a)
Faktor0 faktor
non social
(b)
Faktor- faktor
social
(2)
Faktor- faktor
yang berasal daari dalam diri si pelajar, dan inipun dapat lagi digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu :
(a)
Faktor-faktor
fisiologis
(b)
Faktor-faktor
psikologis
1.
Faktor- faktor
Non Sosial Dalam Belajar
Kelompok faktor-faktor
ini boleh dikata juga tak terbilang jumlahnya, seperti misalnya : keadaan
udara, suhu udaara, cuaca, waktu ( pagi, atau siang, ataupun malam), tempat
(letaknya, pergedunggannya) alat-alat yang dipakai untuk belajar ( seperti alat
tulis menulis, buku-buku, alat-alat peraga dan sebagainya yang biasa kita sebut
alat- alat pelajaran).
Semua faktor-faktor
yang telah disebutkan diatas itu, dan juga faktor-faktor lain yang belum
disebutkan harus kita atur sedemikian rupa, shingga dapat membantu
(menguntungkan) proses perbuatan belajar secara maksimal. Letak sekolah atau
tempat belajar misalnya harus meemenuhi syarat-syarat seperti ditempat yang
tidak terlalu dekat kepada kebisingan atau jalan ramai, lalu bangunan itu harus
memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam ilmu kesehatan sekolah.
Demikian pula alat-alat pelajaran harus seberapa mungkin diusahakan untuk
memenuhi syarat-syarat menurut pertimbangan di daktis , psikologis, dan
paedagogis.
2.
Faktor- faktor
Sosial Dalam Belajar
Yang dimaksud
dengan faktor-faktor social disini adalah faktor-faktor manusia (sesame
manusia), baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadiranya itu dapat
disimpulkan, jadi tidak langsung hadir. Kehadiran orang atu orang-orang lain
pad waktu seseorang sedang belajar,banyak kalio mengganggu belajar itu;
misalnya kalau satu kelas murid sedang mengerjakan ujian lalu terdengar banyak
anak anak lain bercakap- cakap disamping kelas. Fsktor-faktor social seperti
yang telah dikemukakan diatasaitu pada umumnya bersifat mengganggu proses
belajar dan prestasi-prestasi belajar. Biasanya faktor-faktor tersebut
mengganggu kosentrasi, sehingga perhatian tidak dapat ditunjukan kepada hal
yang telah dipelajari atau aktivitas belajar itu semata-mata.
3.
Faktor-Faktor
Fisiologis Dalam Belajar
Faktor-faktor
fisiologis ini masih dapat lagi dibedakan menjadi dua macam yaitu : (a) tonus
jasmani pada umumnya (b) keadaan fungsi – fungsi fisiologis tertentu.
a.
Keadaan tonus
jasmani pada umumnya
Keadan tonus jasmani pada umumnya ini dapat dikatakan melatar
belakangi aktivitas belajar; keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya
dengan keadaan jasmani yang kurang segar;keadaan jasmani yang lelah lain
pengaruhnya dari pada yang tidak lelah. Dalam hubungan dengan hal ini ada dua
hal yang perlu dikemukakan.
(1)
Nutrisi harus
cukup karena kekurangan kadar makanan ini akan mengakibatkan kurangnya tonus
jasmani,yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lenkas mengantuk,lekas lelah,
dan sebagainya.terlebih – lebih bagi anak- anak yang sangat mudah, pengaruh itu
besaar sekali.
(2)
Beberapa
penyakit yang kronis sangat mengganggu belajar itu, penyakit-penyakit seperrti
pilek, influenza, sakit gigi, batuk dan sejenis dengan itu biasanya diabaikan
karena dipandang tidak cukup serius untuk mendapatkan perhatian dan pengobatan;
akan tetapi dlam kenyataannya penyakit-penyakit semacam ini sangat mengganggu
aktivitas belajar itu.
b.
Keadaan fungsi
– fungsi jasmani tertentu terutama fungsi- fungsi panca indra
Pada bab II telah dikemukakan bahwa
panca indra dapat dimisalkan sebagai pintu gerbang masuknya pengaruh ke dalam
individu. Orang mengenai dunia sekitarnya dan belajar dengan mempergunakan
panca indranya.baiknya panca indra merupakan syarat dapaynya belajar itu
belangsung dengan baik. Dalam sekolahan dewasa ini diantara panca indra itu
yang paling memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga, karena itu
adalah menjadi kewajiban bagi setiap pendidik untuk menjaga agar panca indra
anak didiknya dapat berfungsi dengan baik.
4.
Faktor – Faktor
Psikologi Dalam Belajar
Faktor – faktor
psikologi yang mendorong seseorang untuk belajar itu adalah sebagai berikut ;
© Adanya sifatbingin tahu dan inginmenyelidiki dunia yang lebih luas
© Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keibginan untuk
selalu maju
© Adanya keinginan untuk mendaoatkan simpati kepad orang tua, guru
dan teman-teman.
© Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha
yang baru, baik dengan koprasi maupun dengan kompetisi
© Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai
pelajaaran
© Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar
Maslow (menurut Frandsen, 1961, p. 234 ) mengemukakan motif –motif
untuk belajar itu ialah :
Þ Adanya kebutuhan fisik
Þ Adanya kebutuhan dan rasa aman bebas dari kekhawatiran
Þ Adanya kebutuhan akan kecintaan dan penerimaan dalam hubungan
dengan orang lain
Þ Adanya kebutuhan untuk mendapatkan kehormatan dari masyarakat
Þ Sesuai dengan sifat untuk mengemukakan atau mengetegahkan diri.
Apa yang telah
dikemukakan itu hanyalah sekedar penyebutan sejumlah kebutuhan-kebutuhan saja,
yang tentu saja dapat ditambah lagi, kebutuhan – kebutuhan tersebut tidaklah lepas satu sama lain, melainkan
sebgai suatu keseluruhan (suatu komleks) mendorong belajarnya anak. Kompleks
kebutuhan – kebutuhan itu sifatnya individual, berbeda dari anak yang satu
dengana yang lainya.
Selanjutnya suatu pendorong yang biyasanya besar pengaruhnya dalam
belajarnya anak-anak didik kita ialah cita – cita. Cita-cita merupakan pusat
dari bermacam –macam kebutuhan , artinya kebutuhan –kebutuhan biasanya
disentralisasikan di sekitar cita-cita itu,sehingga dorongan tersebut mampu
mengoblisasikan energy psikis untuk belajar.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Belajar adalah sebagai proses
menjadi dirinya sendiri (process of becoining) bukan proses untik dibentuk
(proces of beings Imped) nunurut kehendak orang lain, maka kegiatan belajar
harus melihatkan individu atau client dalam proses pemikiran apa yang mereka
inginkan, mencari apa yang dapat dilakukan untuk memenuhi keinginan itu,
menentukan tindakan apa yang harus dilakukan, dan merencanakan serta melakukan
apa saja yang perlu dilakukan untuk mewujudkan keputusan itu. Dapat dikatakan
disini tugas pendidik pada umumnya adalah menolong orang belajar bagaimana
memikirkan diri mereka sendiri, mengatur urusan kehidupan mereka sendiri dan
mempertimhangkan pandangan dan interest orang lain. Dengan singkat menolong
orang lain untuk berkembang dan matang. Dalam andragogi, keterlibatan orang
dewasa dalam proses helajar jauh lebih besar, sebab sejak awal harus diadakan
suatu diagnosa kebutuhan, merumuskan tujuan, dan mengevaluasi hasil belajar
serta mengimplementasikannya secara bersama-sama.
3.2 SARAN
Semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan rekan-rekan dalam memahami studi islam,
masih banyak terdapat kesalahan ataupun kekeliruan dalam pembuatan makalah ini,
kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah yang akan
datang
DAFTAR
PUSTAKA
Suryabrata,
Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
Hadis,
Abdul. 2008. Psikologi Dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Purwanto,
Ngalim. 1986. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Karya
Slameto
.1990. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta. Bina
aksara
Ahmad Thonthowi.1991. Psikologi Pendidikan .Bandung.
Penerbit Angkasa Bandung
0 komentar:
Posting Komentar