Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 20 Desember 2012

TANDA TANDA MUNAFIK 2

TANDA-TANDA MUNAFIK


 Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“ Hadits 2 ”




Dosen Pembimbing
Asma’ Naili Fauziyah, M. Pd. I

  Oleh :
Afifatul Khusnah (201005010124)
Diah Iswardhanie (201005010126)
Zakiyatul Fachiroh (201005010127)
M. Dhohirus Salis (201005010130)


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEMESTER V-B
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SUNAN GIRI SURABAYA
2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya pada kita semua, sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Hadits 2 yang berjudul Tanda-tanda Munafik.
Tidak lupa sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW atas segala keteladanan dan pengorbanan beliau dalam mendidik umatnya menjadi makhluk yang berakhlak mulia.
Disamping itu juga, dalam pembuatan makalah ini penulis tak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1.        Ibu Asma’ Naili Fauziyah, M. Pd. I  selaku dosen pembimbing mata kuliah Hadits 2;
2.        Semua pihak yang telah memberikan masukan dalam penyusunan makalah ini.
Dengan keterbatasan waktu, referensi, dan kemampuan, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mohon kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar dapat dijadikan penulis sebagai perbaikan dalam makalah selanjutnya.

                                                           
                                                                                               
                                                                                                Surabaya, 10 Desember 2012


               Penulis
           










DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii

BAB I ........ PENDAHULUAN
A.          Latar Belakang...................................................................................... 1
B.           Rumusan Masalah.................................................................................. 1

BAB II         PEMBAHASAN
A.    Hadits Tentang Tanda-Tanda Munafik.................................................... 2
1.      Munafik Sempurna............................................................................. 2
2.      Tiga Macam Tanda Munafik.............................................................. 2
B.     Kedudukan atau Kualitas Hadits............................................................. 2
C.     Terjemah Hadits....................................................................................... 3
D.    Pemahaman Matan dan Asbabul Wurud Hadits...................................... 4
1.      Pemahaman Matan............................................................................. 4
2.      Asbabul Wurud Hadits....................................................................... 9

BAB III       PENUTUP
A. Simpulan.................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 11














BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Mungkin kita sering mendengar kata munafik di dalam kehidupan sehari-hari kita. Kata munafik atau muna mungkin kita anggap tidak begitu kasar di telinga kita karena kata itu jarang kita dipublikasikan di media massa. Namun sebenarnya munafik adalah suatu sifat seseorang yang sangat buruk yang bisa menyebabkan orang itu dikucilkan dalam masyarakat.
Dan yang kita tahu hanya munafik saja tetapi kami disini akan membahas tentang munafik sempurna, bagaimanakah kriteria munafik sempurna tersebut, terkadang kita semua sebagai manusia tak tau bahwa kita sering mengerjakan sesuatu yang bisa menimbulkan kemunafikan pada diri kita, seperti bohong salah satunya. Apakah kita termasuk tanda-tanda orang yang munafik ?
Mungkin kita dengan tegas mengatakan kita adalah bukan orang munafik karena kurangnya pemahaman kita mengenai apa itu sifat munafik yang sesungguhnya. Kita pasti tidak ingin jika kita dianggap seorang yang munafik apa lagi munafik sempurna naudzubillahi mindzalik, semoga kita bukan termasuk manusia yang berkriteria munafik, agar kita faham tentang tanda-tanda orang munafik,  mari kita lanjutkan pembahasan topik ini bersama-sama.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana matan dan sanad hadits munafik?
2.      Bagaimana terjemah dan kedudukan atau kualitas hadits tersebut?
3.      Bagaimana pemahaman matan dan asbabul wurud hadits?









BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hadits Tentang Tanda-tanda Munafik
Pada bab ini kami akan menjelaskan tentang hadits yang berkaitan dengan orang munafik, yakni hadits tentang tanda-tanda orang munafik yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, yaitu:
1.      Munafik Sempurna[1]
ﺤَﺪِﻴْﺚعَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا، وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا: إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ، وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَر ﴿ﺮﻮﺍﻩ ﺍﻠﺒﺧﺎﺮﻱ ﻮﻤﺴﻠﻢ﴾
2.      Tiga Macam Tanda Munafik[2]
ﺤَﺪِﻴْﺚ ﺍَﺒِﻲْ ﻫُﺮَﻴْﺮَﺓَ ﻋَﻦِ ﺍﻠﻨﱠﺒِﻲّ ﺼﻠّﻰ ﺍﻠﻠّﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻮﺴﻠّﻢ ﻗﺎﻞ: آﻴَﺔُ ﺍﻠْﻤُﻨَﺎﻓِﻖِ ﺜَﻼَﺚٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ﻮَﺍِﺬَﺍ ﻮَﻋَﺪَ ﺍَﺧْﻠَﻒَ، وَ إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ﴿ﺮﻮﺍﻩ ﺍﻠﺒﺧﺎﺮﻱ ﻮﻤﺴﻠﻢ﴾

B.     Kedudukan atau Kualitas Hadits
Sanad paling shahih yang bersumber dari ibnu Umar adalah yang disebut Silsilah adz-Dzahab (silsilah emas), yaitu Malik, dari Nafi’, dari Abdullah bin Umar. Sedang yang paling Dlaif: Muhammad bin Abdullah bin al-Qasim dari bapaknya, dari kakeknya, dari ibnu Umar.
Para ulama’ berusaha keras mengkomparasikan antar perawi-perawi yang maqbul dan mengetahui sanad –sanad yang memuat drajat diterima secara maksimal kerena perawinya terdiri dari orang –orang terkenal dengan keilmuan, kedobitan dan keadilannya dengan yang lainnya. Mereka menilai bahwa sebagian sanad sahih merupakan tingkat tertinggi dari pada sanad lainnya,karena memenui syarat syarat maqbul secara maksimal dan kesempurnaan para perowinya dalam hal kreteri-kereterianya. Mereka kemudian menyebutnya asahhul asnid. Ada perbedaan pendapat dikalangan ulama’ mengenai hal itu. Sebagian mengatakan, ashahhul asanid adalah:
1.      Riwayat ibn syibah az-zuhriy dari salim ibn abdillah ibn umar dari ibn umar. Sebagian lain mengatakan, asahhul asanid adalah riayat sulaiman al-A’masi dari Ibrahim an-nakha’iy dari ‘Al qomah ibn Qois Abdullah ibn mas’ud.
2.      Imam bukhari dan yang lain mengatakan, sahahhul asnid adalah riwayat imam malaik ibn anas dari nafi’ maula ibn umar dari ibn umar. Dan karena imam asy-syafi’Iy merupakan orang yang paling utama yang meriwayatkan dari imam malik, dan imam ahmad merupakan orang yang paling utama yang meriwayakan dari imam syafi’iy,maka sebagian ulama’ muta’akhirin cenderung menilai bahwa ashahhul asanid adalah riwayat imam ahmad dari imam syafi’I dari imam malik dari nafi’ dari ibn umar ra.inilah yang disebut dengan silsilah adz- dzahab (rantai emas).
Untuk memudahkan mengetahui ashahhul asanid dan meredam silang dikalangan ulama’ mengenai hal ini, maka abu abdillah al-hakim mamandang perlu menghususkannya dengan sahabat tertentu atau negeri tertentu.
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim. Apabila dilihat dari sanadnya, hadits ini termasuk hadits shahih karena dari awal sanad sampai akhir sanad, semua sanadnya muttashil (bersambung). Sedangkan kualitas perowi dalam tiap tingkatannya menyebutkan bahwasanya perowi itu tsiqoh (terpercaya) karena sudah memenuhi syarat yaitu dhobit (kuat hafalannya) dan adil (tidak mengerjakan dosa kecil apalagi dosa besar).
Apabila dilihat dari matan, hadits ini juga shahih karena tidak bertentangan dengan Al-Qur'an dan tidak bertentangan dengan hadits. Bahkan hadits ini sejalan dengan isi Al-Qur'an yaitu sebagai syarah (penjelasan) dari apa yang terdapat dalam Al-Qur'an. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hadits ini adalah hadits shahih.

C.    Terjemah Hadits
1.      Munafik Sempurna
Artinya: Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr r. a. bahwa Nabi SAW bersabda,  Empat sifat siapa yang melakukannya menjadi munafik seratus persen, dan siapa yang melakukan sebagian, berarti ada padanya sebagian dari nifaq hingga meninggalkannya, yaitu: jika diamanati (dipercaya) khianat, jika berkata-kata dusta, jika berjanji menyalahi, dan jika bertengkar curang”. (H. R. Bukhari dan Muslim)
2.      Tiga Macam Tanda Munafik
Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah r. a. dari Nabi SAW, bersabda: Tanda seorang munafik itu tiga: jika berkata-kata dusta, jika berjanji menyalahi janji, dan jika diamanati khianat”. (H. R. Bukhari dan Muslim)

D.    Pemahaman Matan dan Asbabul Wurud Hadits
1.      Pemahaman Matan
Hadits di atas menjelaskan tentang materi pendidikan/pengajaran yang berhubungan dengan moral. Dalam hal ini, moral yang dimaksud yaitu salah satu sifat tercela yang dibenci Rasulullah yaitu munafik.
Munafik ialah orang yang mengaku beriman, tetapi hatinya ingkar (tidak beriman). Ia mengaku beriman kepada Allah dan Nabi Muhammad SAW serta mengaku beragama Islam, tetapi hatinya ingkar, bahkan memusuhi Islam. Sebagaimana Firman Allah SWT:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آَمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ اْلآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ
Artinya: Diantara manusia ada yang berkata, "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya tidak beriman". (Q.S. Al-Baqarah: 8)
Ali r.a. mendengar Nabi Muhammad SAW bersabda, ''Sungguh aku tidak mengkhawatirkan seorang mukmin ataupun seorang musyrik atas umatku. Seorang mukmin akan dipelihara Allah dengan imannya daripada perbuatan mengganggu mereka dan seorang musyrik akan Allah patahkan gangguannya dengan sebab kemusyrikannya dari mereka. Tapi, aku sangat mengkhawatirkan seorang munafik yang pandai bersilat lidah, mengucapkan apa-apa yang kamu ketahui dan mengerjakan apa yang kamu ingkari ...'' (Nahjul Balaghah: 114).
Dalam hadis tersebut, Nabi SAW mengingatkan kepada kita tentang bahaya orang-orang munafik, yaitu orang-orang yang bermuka dua, lahirnya kelihatan baik, tetapi hatinya ternyata jahat. Secara lahir mereka baik, seakan-akan mereka teman kita, padahal mereka musuh kita. Mereka juga pandai bersilat lidah, perkataannya sangat menakjubkan dan meyakinkan, tetapi perbuatannya bertentangan dengan ucapan mereka sendiri.
Ibn Rajab berkata: “Nifaq secara bahasa merupakan jenis penipuan, makar, menampakkan kebaikan dan memendam kebalikannya. Sedangkan secara syari’at terbagi dua:
1)   Nifaq Akbar (Kemunafikan Besar), yaitu upaya seseorang menampakkan keimanan kepada Allah SWT, para malaikat, kitab-kitab, Rasul dan hari akhir, sebaliknya memendam lawan dari itu semua atau sebagiannya. Inilah bentuk nifaq yang terjadi pada masa Rasulullah SAW dan yang dicela serta dikafirkan para pelakunya oleh Al-Qur’an. Rasulullah SAW menginformasikan bahwa pelakunya kelak akan menempati neraka paling bawah.
2)   Nifaq Ashghar (Kemunafikan Kecil), yaitu kemunafikan dalam perbuatan. Gambarannya, seseorang menampakkan secara teranga-terangan keshalihannya namun menyembunyikan sifat yang berlawanan dengan itu.
Sifat munafik adalah penyakit berbahaya yang dapat mengancam kehidupan masyarakat. Dalam pepatah, orang seperti ini disebut "Lain di mulut lain di hati". Maksudnya antara kata dan perbuatannya tidak sesuai. Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu pertama إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ yakni jika dipercaya ia berkhianat. Kata "Khianat" berasal dari bahasa Arab yang artinya perbuatan tidak setia. Khianat dilarang oleh Allah, sebagaiamana Firman Allah SWT:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَخُونُواْ اللهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُواْ أَمنتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui". (Q.S. Al-Anfal: 27).
Dari ayat di atas, ada dua macam khianat:
1)   Khianat terhadap Allah dan Rasulullah, adalah berlaku maksiat atau tidak mau melaksanakan ajaran Allah dan Rasulnya seperti shalat, puasa, dan zakat.
2)   Khianat terhadap sesuatu yang diamanatkan kepada seseorang, seperti barang titipan. Agama melarang kita untuk berlaku khianat kepada siapapun, termasuk kepada orang yang pernah mengkhianati kita.
Oleh karena itu, kita perlu membiasakan diri untuk menjauhi perbuatan khianat dan sebaliknya membiasakan diri untuk berlaku amanah. Amanah lahir dari kekuatan iman. Dengan kata lain, khianat timbul akibat menipisnya keimanan pada diri seseorang.
Kedua, إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ yakni jika berbicara ia berbohong. Seseorang yang terbiasa berdusta, maka sifat itu menjadi kebiasaannya yang akhirnya ia akan celaka dan masuk neraka. Sebaliknya, jika seseorang terbiasa berbuat/berkata yang benar, maka sifat itu juga menjadi kebiasaan sehingga ia senantiasa berkata benar di manapun dan disenangi orang di tengah masyarakatnya yang akhirnya masuk surga. Sebagaimana hadits Nabi SAW:[3]
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَلَيْكُمْ بِالصِدْقِ فَاِن الصِدْقَ يَهْدِيْ اِلَى الْبِر. وَاِن الْبِر يَهْدِيْ اِلَى الْجنةِ. وَمَا يَزَال الرجُلُ يصدق وَيَتَحَرى الصدقَ حَتى يكْتُبُ عِنْدَ اللهِ صَدِيْقًا. وَاِياكُمْ وَالْكذب فَاِن الْكَذب يَهْدِيْ اِلَى اْلفُجُوْرِ وَاِن الَفُجُوْر يَهْدِيْ اِلَى النارِ وَمَا يَزَالُ الرجُلُ يُكذب وَيَتَحَرى الْكذب حَتى يَكتب عِنْدَ اللهِ كذابًا.
Artinya: Rasulullah SAW bersabda: "Hendaklah kamu berpegang teguh pada kebenaran, karena sesungguhnya kebenaran membawa kepada surga. Hendaklah orang senantiasa bersifat benar dan memilih kebenaran. Sehingga ia dicatat menjadi orang benar di sisi Allah, jauhilah berdusta karena sesungguhnya dusta itu membawa kepada durhaka, dan durhaka itu membawa kepada neraka. Janganlah orang senantiasa berdusta dan memilih dusta. Sehingga ia dicatat seorang pendusta di sisi Allah.
Ada beberapa langkah untuk menghindari sikap dusta atau untuk membina kejujuran, antara lain:
1)   Selalu ingat bahwa semua perbuatan selalu dilihat atau diketahui Allah.
2)   Meyakini bahwa perbuatan jujur dapat mengantarkan pada perbuatan terhormat di dunia maupun di akhirat.
3)   Yakin bahwa perbuatan jujur dapat menjaga ”hitamnya wajah” di akhirat.
4)   Membiasakan berkata benar atau apa adanya.
Ketiga, إِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ atau إِذَا عَاهَدَ غَدَرَ yakni jika berjanji ia mengingkari. Semakin sering mengingkari janji, semakin dekat dengan kemunafikan. Oleh karena itu, berhati-hatilah dengan janji. Ingkar janji merupakan antonim dari kata menepati janji. Menepati janji yakni melakukan atau mengerjakan apa yang telah dijanjikan. Orang mengatakan ”Janji adalah hutang”, maka dari itu janji wajib ditepati.
Secara garis besar janji ada dua macam:
1)   Janji manusia kepada Allah. Janji manusia kepada Allah berupa kesaksian adanya Allah Yang Maha Esa, yang diberikan saat ditiupkan ruh ke dalam jasad, ketika manusia berada di dalam kandungan ibunya. Selain kesaksian tersebut, seorang muslim juga telah berikrar dalam dua kalimat syahadat. Maka dari itu wajib bagi muslimin menunaikan ikrar atau janji kepada Allah SWT, yaitu dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
2)   Janji antar sesama manusia. Janji kepada manusia bisa berupa perkataan maupun tulisan. Janji secara lisan misalnya janji seseorang kepada temannya bahwa ia akan ke rumahnya tepat waktu. Sedangkan janji secara tulisan, contohnya dalam bentuk surat perjanjian seperti surat perjanjian sewa-menyewa bangunan, dan lain-lain. Namun apapun bentuknya janji wajib ditunaikan.
Selain itu, janji terbagi kepada dua jenis:
1)   Seseorang berjanji padahal di dalam niatannya tidak ingin menepatinya. Ini merupakan pekerti paling buruk.
2)   Berjanji pada dirinya untuk menepati janji, kemudian timbul sesuatu, lalu mengingkarinya tanpa alasan. Dalam hadits yang dikeluarkan Abu Daud dan at-Turmudzi dari hadits Zaid bin Arqam, dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Bila seorang laki-laki berjanji dan berniat menepatinya namun tidak dapat menepatinya, maka tidak apa-apa baginya (ia tidak berdosa).”
Keempat,إِذَا خَاصَمَ فَجَر yakni jika ia bermusuhan ia condong kepada yang salah. Makna fujur adalah keluar dari kebenaran secara sengaja sehingga kebenaran ini menjadi kebathilan dan kebathilan menjadi kebenaran. Fujur juga merupakan meninggalkan kebenaran dan menggunakan tipu daya untuk menolaknya. Sebenarnya karakter ini bisa dimasukkan dalam kategori berdusta dalam berbicara. Dan inilah yang menyebabkannya melakukan dusta sebagaimana sabda Nabi SAW: “Berhati-hatilah terhadap kedustaan, sebab kedustaan dapat menggiring kepada ke-fujur-an dan ke-fujur-an menggiring kepada neraka”.
Di dalam kitab ash-Shahihain dari nabi SAW, beliau bersabda, “Sesungguhnya laki-laki yang paling dibenci Allah adalah yang paling suka berseteru dalam kebatilan.” Dan di dalam sunan Abi Daud, dari Ibnu ‘Umar, dari nabi SAW, beliau bersabda, “Barangsiapa yang berseteru dalam kebatilan padahal ia mengetahuinya, maka senantiasalah ia dalam kemurkaan Allah hingga menghadapi sakaratul maut”.
Semua Nifaq Ashghar terpulang kepada adanya perbedaan antara perkara tersembunyi (bathiniah) dan terang-terangan (lahiriah). Al-Hasan al-Bashori RAH berkata: Sekelompok Salaf berkata, Kekhusyu’an nifaq hanya terlihat pada kehusyu’an raga sedangkan hatinya tidak pernah khusyu’”.
Umar RA berkata: “Sesuatu yang paling aku khawatirkan dari kalian adalah Munafiq ‘Alim (yang berpengetahuan).” Lalu ada yang bertanya: “Bagaimana mungkin, seorang munafik memiliki sifat ‘alim.?” Ia menjawab: “Ia berbicara dengan penuh hikmah namun melakukan kezhaliman atau kemungkaran”.
Nifaq Ashghar merupakan sarana melakukan Nifaq Akbar sebagaimana halnya perbuatan-perbuatan maksiat adalah merupakan ‘kotak pos’ kekufuran.
Itulah tanda-tanda orang munafik yang dibenci oleh Allah. Adapun tempat orang yang munafik di akhirat nanti ditempatkan dalam neraka. Sebagaimana Firman Allah SWT:
ٳن الْمُنَافِقِيْنَ فِي الدرْكِ اْلاَسْفَلِ مِنَ النارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيْرًا
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang munafik itu ditempatkan pada tempat yang paling bawah dari neraka, dan kamu sekali-kali tidak akan mendapati seorang penolong bagi mereka". (Q.S. An-Nisa':145).
Oleh karena itu, sebagai Muslim kita wajib menjauhi sifat-sifat orang munafik tersebut, agar hidup kita selamat dunia dan akhirat. Di antara cara untuk menjauhi sifat-sifat munafiq adalah banyak beristighfar dan berdzikir kepada Allah melalui ibadah seperti shalat. Dalam hal ini Nabi SAW bersabda:
مَنْ صَلِّى للهِ أرْبَعِيْنَ يَوْمًا فِي : قالَ رسولُ اللهُ صلى اللهُ عليه وسلم:عن أنسٍ بْنِ مالِكٍ رضي اللهُ عنه قالَ جَمَاعَةِ يُدْرِكُ التَكْبِرَةَ الأوْلىَ كَتَبَ لَهُ بَرَاءَتَيْنِ بَرَاءَةً مِنَ النَاَرِ وَبَرَاءَةً مِنَ النَِفاقِ
Artinya: “Dari Anas ibn Malik ra. berkata, Nabi SAW. bersabda: Barang siapa melaksanakan shalat karena Allah SWT. Selama empat puluh hari dengan berjamaah tanpa tertinggal takbiratul ula (takbir pertama), maka Allah akan menulis/mewajibkan baginya dua kebebasan, yaitu bebas dari api neraka dan bebas dari kemunafikan”. (H. R. At-Turmudzi).

2.      Asbabul Wurud Hadits
Al-Khatibi menjelaskan bahwa hadits ini ditujukan Rasulullah SAW kepada orang munafik, namun Rasulullah SAW tidak menjelaskan kepada para sahabat nama orang yang dimaksud, akan tetapi disebutnya "Si Fulan munafik". Hadits ini merupakan sabda Rasulullah sebagai nasehat bagi umatnya.
Dalam riwayat Abu Awanah berbunyi yang artinya: "Tanda-tanda orang munafik ada tiga: jika ia berkata berlainan dengan kejadian yang sesungguhnya, jika ia berjanji untuk kebaikan ia tidak akan memenuhinya, jika ia diberi kepercayaan mengenai harta, rahasia atau titipan ia kerjakan hal-hal bertentangan dengan apa yang diperintahkan Allah kepadanya dan ia berkhianat kepadaNya". Ketiga tanda tersebut di khususkan Rasulullah karena ketiganya meliputi perkataan, perbuatan dan niat yang saling bertentangan.






















BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Hadits yang berisi tentang materi pendidikan/pengajaran tentang moral ini yaitu munafik, telah banyak memberikan gambaran kepada kita, bahwasanya sifat munafik adalah sifat tercela yang dibenci oleh Allah dan RasulNya dan juga dibenci oleh lingkungan masyarakatnya. Diantara karakteristik orang yang diseut munafik adalah Apabila berbicara ia dusta; jika berjanji, ia mengingkari; dan jika dipercaya, ia khianat.
Apabila salah satu karakteristik ini ada pada diri kita, hendaklah kita hilangkan secepatnya agar kita tidak tergolong sebagai orang munafik. Karena Allah memberikan ancaman bagi orang-orang munafik kelak di akhirat akan ditempatkan pada tempat yang paling bawah dari neraka dan kita tidak akan mendapat perolongan. Sedangkan di dunia, kita akan dijauhi dan tidak disenangi oleh lingkungan masyarakat kita. Sebaliknya orang yang senantiasa berbuat/berkata benar di manapun dia berada, maka dia akan disenangi lingkungan masyarakatnya, dan akhirnya akan masuk surga. Oleh karena itu hendaklah kita tanamkan pada diri kita agar senantiasa berbuat baik dan benar.
Hadits tentang munafik ini termasuk hadits shahih karena kualitas perowi itu tsiqoh (terpercaya) yang sudah memenuhi syarat yaitu dhobit (kuat hafalannya) dan adil (tidak mengerjakan dosa kecil apalagi dosa besar).













DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Moh. Syamsi. 2008. Hadis-hadis Populer Shahih Bukhari dan Muslim. Surabaya: Amelia.
Haikal, Ahmad. 2004. Bahaya Sifat Munafik. Jakarta: Al-Mawardi Prima.
Ad-Damsyiki, Ibnu Hamzah Al-Husaini Al-Hanafi. 1994. Asbabul Wurud 1. Jakarta: Kalam Mulia.
Al-Hasyimi, Sayyid Ahmad. 2001. Syarah Mukhtaarrul Ahaadiits. Bandung: Sinar Baru Agesindo.
Mansyur, Kahar. 1992. Kitab Bulughul Maram. Jakarta: Prineka Cipta.
Fuad ‘Abdul Baqi, Muhammad. ___. Al-Lu’lu Wal Marjan Jilid 1.  Surabaya: Bina ilmu.


[1] Muhammad Fuad ‘Abdul Baqi. Al-Lu’lu Wal Marjan Jilid 1. ___. (Surabaya: Bina ilmu) hal: 21
[2] Ibid, hal: 21
[3] K. H. Kahar Mansyur. Kitab Bulughul Maram. 1992. (Jakarta: Rineka Cipta) hal: 393
 

Blogger news

http://www.search-document.com/ppt/1/pelajaran-hadits-mts.html http://www.odrivers.com/2011/12/toshiba-nb505-n508bn-windows-7-32-bit.html

Blog Archive